Annayajoan

GITAR RAYA


“Diyo, gitar yang ini bagus gak?”

Raya menunjukan gitar akustik bewarna coklat muda itu kepada Diyo

“Coba dulu, cocok di Lo apa enggak”

“Okk. Ehh nanti fotoin aku ya pas aku main gitar”

“Iya”

Raya mulai mencoba gitar yang ia tunjuk tadi. Beberapa senar ia petik untuk mencocokan nada dan juga mencocokan proposi gitar dengan tubuh nya.

“Menurut kamu gimana?”

“Lo nyaman gak makenya?”

“Nyaman kok”

“Yaudah kita beli yang itu aja”

Diyo mengambil gitarnya dan langsung membawanya ke kasir untuk di bayar

“Mas tolong bungkus yang ini ya”

Ucap Diyo saat ia meletakan gitarnya di atas meja kasir

“Mau sekalain tasnya kak? Biar gampang bawanya”

Tawar penjaga kasir itu tersenyum ramah

“Boleh”

“Baik kak segera saya siapkan, mohon tunggu sebentar ya”

Diyo hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

“Ini kak, totalnya Rp.3,950,000”

Diyo mengeluarkan dompetnya, ia mengambil kartu debit lalu memberikan nya pada penjaga kasir

“Ehh kok kamu yang bayar?”

“Gapapa, ini gue yang beliin. Anggep aja hadiah dari gue, lagi pula gue juga jarang ngasi Lo hadiah”

Wajah raya memerah saat mendengar Diyo ingin membelikan gitar sebagai hadiah untuknya. Tak dapat dipungkiri saat ini dirinya tengah menahan rasa bahagia

“Dalam rangka apa?”

“Bukan apa-apa, cuma hadiah biasa aja”

Seketika mood raya langsung turun, meskipun begitu raya masih tetap senang meskipun itu hanya hadiah biasa yang tidak ada arti spesial untuknya

“Ohh gituuu, makasih ya Diyo”

“Sama-sama”

Diyo tersenyum tipis

“Permisi kak, ini sudah siap. Terimakasih sudah berkunjung di toko kami”

Ucap penjaga kasir itu memberikan gitar nya. Diyo dan raya pergi meninggalkan toko itu, mereka berjalan santai menuju parkiran. Tak ada obrolan semala perjalanan. Sambil menggendong tas gitar di pundaknya Diyo hanya diam dan raya sedang asik melihat-lihat beberapa toko yang ada di pinggir jalan

“Diyoo, kita ke taman sebentar mau gak? Aku liat ada live music di sana. Kita ke sana yukk”

Ajak raya saat mereka tengah melewati taman kota yang ramai dengan orang-orang yang ingin berolahraga sore maupun orang yang sekedar mencari udara segar di sana

“Lo mau kesana?”

Dengan cepat raya menganggukkan kepalanya pertanda ia ingin ke sana.

“Yaudah ayok”

“Yesss” batin raya kesenangan

Live music tengah berlangsung, banyak orang yang sedang berkumpul untuk menyaksikan secara dekat live music tersebut.

Diyo dan raya duduk di rumput taman yang sudah di sediakan tikar oleh pihak acara live music. Mereka menikmati musik yang di bawakan oleh vokalis band nya

“Selamat sore semua, sehat semua kan ya? Semoga sehat selalu ya hehehe. Ok di lagu kita yang selanjutnya ada yang mau duet bareng bersama saya di sini?”

Sang vokalis menawarkan kepada penonton apakah ada yang mau berduet dengannya, lama tak ada yang menjawab akhirnya raya mengajukan dirinya untuk ikut berduet dengan sang vokalis

“Akhirnya ada juga yang mau maju ya, boleh minta tepuk tangannya buat kakak yang cantik ini”

Penonton pun memberikan tepuk tangan nya

“Ok lagu ini kami persembahkan untuk kalian semua para kaum bucin. Yang tau lagunya boleh nyanyi bareng ya”

((Disarankan dengerin lagu if i ain't got you ver. Rose, onew, suhyun))

Alunan piano menjadi intro pembukaan lagu

(Vokalis) “Some people live for the fortune Some people live just for the fame Some people live for the power, yeah Some people live just to play the game Some people think That the physical things Define what's within And I've been there before That life's a bore So full of the superficial Some people want it all But I don't want nothing at all If it ain't you, baby If I ain't got you, baby Some people want diamond rings Some just want everything But everything means nothing If I ain't got you, yeah”

(Raya) “Some people search for a fountain”

Penonton bersorak dan bertepuk tangan saat mendengar suara merdu milik raya

“Promises forever young Some people need three dozen roses And that's the only way to prove you love them”

Raya memejamkan matanya, menghayati lagu yang ia bawakan

“Hand me the world on a silver platter And what good would it be With no one to share, with no one who truly cares for me”

Raya menatap Diyo seperti sedang memberi kode yang semoga Diyo mengerti

“Some people want it all But I don't want nothing at all If it ain't you, baby If I ain't got you, baby Some people want diamond rings Some just want everything But everything means nothing If I ain't got you”

Tatapan raya masih terfokus pada Diyo, ia menutup lagunya dengan senyuman. Penonton memberikan tepuk tangan yang meriah. Diyo hanya terdiam, ia tau maksud dari lagu yang raya nyanyikan.

“Sorry Ra, gue tau maksud Lo, tapi gue gak bisa nerima Lo buat jadi pacar gue, ini terlalu berat buat gue Ra” batin Diyo

Apartemen Leo


TING...

suara pintu lift terbuka. Ayanna melangkahkan kakinya dengan derap langkah yang cepat, ia meremas dua kantung kresek yang ia genggam, berisi sarapan yang Aya beli dan obat-obatan untuk mengobati wajah laskar yang babak-belur semalam. Deru nafasnya menggebu-gebu, Ayanna terlihat seperti banteng mengamuk yang siap untuk menyeruduk siapa saja

“Awas aja ya, bakal gue jambak tu anak sampe botak”

Gerutunya saat menyusuri koridor apartemen Leo yang bernomor 3901.

Aya menekan bell dan menggedor pintu apartemen Leo

“LEO ANJING LO YAA... BURUAN BUKAAA”

Teriak Aya yang penuh dengan emosi memanggil Leo agar cepat keluar. Entah apa yang merasuki Leo hingga bisa membuat Aya marah-marah sepagi ini.

Tak lama pintu pun terbuka, aura seram yang terpancar dari Ayanna mampu membuat Leo merinding saat ia melihat Aya berdiri di depan pintunya. Aya berjalan perlahan menghampiri Leo tersenyum sambil memainkan alisnya

“Pagi sayang. Gimana gimana? Lo bilang gue apa tadi? Ohh Lo bilang gue lama ya?”

Kini Aya sudah masuk ke dalam apartemen Leo. Ia semakin maju dan tersenyum licik

“Hehehe”

Di balas cengiran dari Leo. Tanpa aba-aba Leo langsung kabur begitu saja Karna ia tau pasti Ayanna akan menjambaknya habis-habisan

“Anjing, jangan kabur lo”

Ayanna langsung mengejar Leo yang berlari ke dalam ruang tamunya. Ia langsung melempar kantung kresek yang ia genggam ke meja ruang tengah agar bisa lebih leluasa mengejar Leo yang kini sedang berada di belakang sofa, menghindari Aya yang berada di depan sofa

“Ampunn yyaa, gue cuma bercanda tadi suer”

Ucap Leo sambil menunjukan dua jarinya

Aya melempar bantal sofa ke arah Leo. Dengan cepat Leo menghindari lemparan aya

“Gak ada. Enak aja Lo bilang. Pagi-pagi udah bikin darah gue naik aja Lo”

Sekali lagi Aya melemparkan bantal pada Leo yang langsung di tangkap nya.

“Yaelaahhhh. Gue cuma ngeprank Lo Yyaa. Bercanda ini bercanda”

“BODO. SALAH LO BIKIN GUE EMOSI”

“Anjirrr. Salah nih gue ngeprank dia”

cicitnya pelan

Saat sedang lengah, tiba-tiba Aya melompati sofa, leo segera berlari menghindari Aya namun tangan Aya sudah lebih dahulu mendarat di kepala leo dan berhasil menangkap nya. Aya langsung menjambak rambut Leo cukup keras dari belakang hingga membuat Leo yang tadinya ingin kabur tertahan, badannya sedikit tertarik mundur dan sedikit mendongakan kepalanya

“Aduhhh yyaa sakitt awww”

Ringis Leo saat rambutnya di tarik Aya.

“Gue gak bakal berhenti sampe pala Lo botak titik”

“Aww aww lepasin, sakit yyaa. Tega banget Lo sama gue”

“BODOOOO”

Aya semakin keras menarik rambut Leo

“Aarrghhhh” Teriak Leo kesakitan.

“Lo berdua ngapain?

Tanya laskar heran yang tiba-tiba muncul di ruang tamu, menyaksikan dua sahabatnya yang sedang bertengkar.

Tersadar laskar sudah bangun. Dengan cepat Aya langsung melepaskan tangannya yang berisi beberapa helai rambut dari kepala Leo. Sang empunya hanya bisa mengelus kepalanya yang terasa sakit akibat ulah ayanna

“Ehhh Karrr, Lo udah bangun?”

Ucap Aya menghampiri laskar

“Ngapain Lo disini?”

Tanya laskar dengan ekspresi wajah yang dingin. Ayanna Tertegun sejenak, ia sedikit terkejut mendengar nada bicara laskar yang dingin padanya. Tak biasanya laskar seperti ini.

“Hmm gue ke sini karna Leo tadi ngasi tau gue semalem Lo abis berantem. Jadi gue bawain sarapan sama obat buat lo”

“Gak usah”

Ucap laskar langsung pergi mengambil kunci mobil meninggalkan Aya dan Leo di ruang tamu

“Karr, Lo mau kemana?”

Tanya Ayanna sambil mengejar laskar

“Pulang”

laskar seakan tak menghiraukan Ayanna. Ia tetap melangkahkan kakinya menuju pintu

“Tapi luka Lo gimana?”

Tanya Ayanna yang khawatir dengan kondisi laskar. Tak ada jawaban dari laskar, yang ia dapatkan hanya suara pintu yang tertutup. Suasana hening, Leo pun terkejut mengapa sikap laskar sangat aneh pagi ini. Apalagi sikap laskar terhadap Ayanna yang sangat dingin.

Leo menghampiri Aya yang terdiam menatap pintu. Ayanna sangat bingung mengapa sikap laskar bisa berubah seperti itu. Ia memikirkan apakah Aya melakukan kesalahan kemarin hingga membuat laskar marah pagi ini

“Yyaa Lo abis brantem ama laskar?”

Ayanna sedikit terkejut, ia menoleh kearah kiri saat Leo berada di sampingnya

“Hah? enggak kok. Kemarin gue biasa aja sama dia. Tapii...”

Ayanna terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan perkataannya.

“Tapi apa?”

Tanya Leo yang penasaran. Aya membalikan badan dan berjalan ke dalam ruang tamu, mendudukkan dirinya di sofa yang di susul oleh Leo

“Menurut Lo laskar kayak gitu gara-gara abis ribut sama Malvin gak sih?”

“Yaelahh, biasanya juga abis ribut ama si Malvin biasa aja tuh anaknya ke Lo. Gak biasanya sikap dia dingin kayak gini”

Sambil mendengarkan Leo, Aya merogoh kantung kresek berisi nasi uduk yang tadi ia beli. Ia mengambil sebungkus kerupuk untuk di cemili. Aya merasa lapar karna memang sedari tadi ia belum sarapan, apalagi Karena kegaduhan pagi ini yang menguras energi dan membuatnya harus berfikir ada apa dengan laskar

“Jangan-jangan ngambek lagi anaknya gara-gara Uang nya Lo pake traktiran”

Sambung Leo. Aya melempar kerupuk pada Leo yang berada di sampingnya. Leo memgambil kerupuk yang aya lempar tadi dan memakannya.

“Ya enggak lahh. Kalo misalnya dia marah sama gue gara-gara itu, udah dari semalem kali dia gak mau ngomong sama gue”

Aya melanjutkan kegiatannya mencemili kerupuk nya

“Ya siapa tau”

Ucap Leo sambil menaikan kedua bahunya. ia mengambil beberapa kerupuk yang ada di tangan Aya dan memakannya. tiba-tiba ia teringat akan sesuatu

“Traktir apaan. Semalem gue yang bayar monyet”

Leo sedikit kesal pada Aya yang semalam tanpa berpamitan pergi begitu saja meninggalkan Tania, luna, dan juga dirinya di club tanpa membayar semua tagihan, di tambah lagi laskar yang juga mendadak ikutan pergi dari sana. Terpaksa Leo yang harus membayar semua tagihan karena Tania dan Luna tidak mau berpatungan untuk membayar tagihannya.

Ayanna baru teringat tentang ialah yang harus membayar semua tagihan di club semalam.

“Hehehehe sorry”

Aya hanya bisa cengengesan di samping Leo yang sedang menatapnya sinis

“Cengengesan aja Lo. udah lupa bayar, Lo jambak juga rambut gue. Balikin duit gue cepet”

Leo yang kesal menoyor kepala Aya pelan

“Iya maafff. Lagian kan lo yang bikin gue emosi pagi-pagi”

“Gue tadi ngerjain Lo nyet gara-gara semalem Lo ngilang gitu aja, jadinya duit gue juga yang kena”

“Iya iyaa gue transfer sekarang”

Aya memutar bola matanya malas

“Nihhh”

Aya memberikan kerupuk yang ia pegang pada Leo, aya mengambil tasnya dan mencari ponselnya. Saat sedang mencari ponselnya ia merasa ada yang aneh. Dompetnya tidak ada di dalam tasnya. Padahal Aya sudah sangat yakin waktu berangkat tadi ia membawa dompetnya

“Lo kenapa yyaa?”

Tanya Leo yang sedang mengemili kerupuk, heran melihat Aya yang sedang gelisah mengorek-ngorek isi tasnya

“Dompet”

Ucap Aya panik, ia masih fokus mencari dompetnya di dalam tasnya

“Dompet Lo ilang?”

Tanya Leo memastikan

Ayanna bangun dari sofa dan mengeluarkan semua isi tasnya di atas meja, benar saja tak terlihat dompet milik gadis itu. Aya sangat panik, ia mengigiti kuku ibu jarinya

“Dompet gue gak ada. Tapi gue yakin tadi gue bawa dompetnya”

“Ok ok Lo tenang dulu jangan panik. Coba Lo inget-inget terakhir kali Lo belanja atau keluarin dompet dimana?”

Leo berusaha membantu Aya mengingat dimana ia meletakan dompet nya. Aya mondar-mandir kesana-kemari sambil berusaha mengingat dimana terakhir kali ia mengeluarkan dompetnya

“Hmmmm...tadi sih abis beli sarapan gue langsung ke tempat Lo”

Ayanna dan Leo saling bertatap tatapan. Seperti sedang dalam satu pemikiran. Mereka tau dimana dompet Aya tertinggal

“Bego banget sih Lo pake ketinggalan segala”

“gue lupa juga gara-gara Lo ya anjing. Lo nyuruh gue buru-buru jadinya panik gue”

“Yaelahh gue lagi yang kena”

“Yakan emang Lo”

Bukannya cepat-cepat bergegas pergi mencari dompet nya, mereka malah sibuk berdebat saling menyalahkan satu sama lain

“Udah ayokk buruannn”

Leo sudah siap berdiri

“Lo mau kemana?”

“Gue ikut lah ke sana”

“Lo yakin mau kayak gini?”

Ayanna melirik Leo dari atas sampai bawah, tak yakin dengan penampilan Leo yang berantakan khas bangun tidurnya. Apalagi ia tidak mengancingkan baju tidurnya dan hanya menggunakan celana color

Leo mengikuti Ayanna yang melihatnya dari atas sampai bawah. Ia baru sadar dengan penampilannya yang berantakan

“Oiyaa anjing, lupa gue. Tunggu bentar gue ganti baju dulu”

“Cepetan”

Balas aya saat Leo berlari ke dalam kamarnya untuk mengganti baju. Tak lama Leo keluar. Mengenakan kaos over size putih polos dan celana pendek, ia siap untuk berangkat.

“Let's go”

Ajak Leo saat sampai di ruang tamunya. Ayanna langsung bergegas menuju warung nasi uduk tadi pagi di temani Leo

“Kunci Lo mana?”

Leo menyodorkan tangannya pada ayanna saat mereka berdua sedang berada di dalam lift menuju basement. Aya mengambil kunci mobilnya dan memberikannya pada Leo. Saat ini situasi mereka berdua sedang buru-buru, leo tau Meskipun Ayanna sendiri mampu mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, namun saat sedang panik pikirannya seringkali tidak fokus. Jadi untuk menghindari hal yang tidak di inginkan Leo berinisiatif menggantikan Ayanna mengemudi


“Warungnya sebelah mana yyaa?”

Tanya Leo saat dalam perjalanan

“Hmm bentar dulu, gua agak lupa yang mana”

“Anjirrr Lo yang bener aja yyaa”

“Ya namanya juga gue panik tadi. Lagian kan gue juga belum pernah belanja di sana”

Ucap Aya sambil mencari-cari dimana warung nasi uduk tadi. Leo menepikan mobilnya di pinggir jalan

“Kok berenti?”

Tanya ayanna yang bingung saat Leo tiba-tiba menepikan mobilnya.

“Coba Lo inget dulu... Ciri-ciri nya kayak gimana?”

Ayanna mencoba mengingat kembali

“Hmm... Bentar, tadi seinget gue sih warungnya di pinggir jalan kayaknya sebelah kanan deh. Agak tua gitu sih modelnya...”

Leo mendengarkan penjelasan Aya dengan seksama, sambil menggambarkan di otaknya apakah deskripsi yang aya berikan terlintas di pikiran Leo. Barangkali ia pernah berbelanja di sana atau hanya sekedar melewatinya

“Ohh nama warungnya Mpok awan? Mpok awah? Ahh pokoknya awah awah itu dehhh gak tau gue”

Sambung Aya. Leo sedikit bingung

“Hah? Mpok awah?”

“Iyaa, Mpok awah. Yang jual udah agak tua sih trus ada tahilalat di samping dagunya”

“Ok ok coba kita cari pelan-pela....”

“Ehhh itu warungnya gak sih?”

Potong Aya menunjuk ke seberang jalan saat ia menemukan warung yang terlihat mirip dengan warung yang sedang mereka cari

“Ok coba kita cek kesana”

Leo melajukan mobilnya menuju warung yang Aya tunjuk tadi.

“Bener ini?”

Tanya Leo saat sedang memarkirkan mobilnya

“Nahh iyaa bener yang ini”

Ayanna menepukan tangannya sekali dan mengangguk dengan cepat sambil menunjuk warung yang ada di depan mereka.

“Yyaa Mpok Aweh yyaa, bukan Mpok awah”

Leo mengoreksi perkataan Aya saat melihat spanduk di depan warung itu yang bertuliskan (Warung Nasi Uduk Mpok Aweh)

“Ihhh beda tipis juga”

Ayanna memanyunkan bibirnya lalu ia melepaskan seat belt nya dan turun dari mobil begitu juga dengan Leo

“Hadehh serah Lo dehhh”

Ucap Leo saat sedang melepaskan seat beltnya

“Permisi mpokk”

“Yahh maap non nasinye udeh abis”

Mpok Aweh mengira Aya ingin membeli nasi uduknya

“Ehhh enggak Mpok, saya mau tanya Mpok liat dompet saya gak tadi pagi ketinggalan disini”

Ayanna memperlihatkan foto dompetnya pada Mpok Aweh

“Ohhh... Tadi di bawa noh sama temennya non katanya”

“Temen saya? Siapa ya Mpok?”

“Aduh Mpok kagak inget lagi siape namanye. Katanya satu kampus ame non”

Ayanna mengerutkan alisnya bingung, ia menatap Leo yang berada di sampingnya

“Siapa?”

Bisik Aya pada Leo.

Leo hanya menaikan bahunya dan menggelengkan kepala pertanda ia juga tidak tahu

“Ciri-ciri orangnya kayak gimana ya Mpok?”

“Rambutnya gondrong non. Dulu ntu anak sering jajan dimari nonn, tapi sekarang udeh jarang. Ntar kalo dia kesini Mpok kasi tau dahh di cariin non”

“Ohh kalo gitu saya tinggal nomer telfon saya boleh Mpok? Biar nanti kalo Mpok ketemu sama orangnya bisa langsung hubungi saya”

“Ohh iyak boleh dahh”

Mpok Aweh memberikan sebuah buku dan pulpen pada Aya. Aya mencatat nomer telfon nya. Setelah selesai mencatat, ia mengembalikan buku dan pulpen itu

“Kalo gitu kita pamit dulu ya Mpok”

Ucap Leo dan Aya berbarengan

“Iyak, nanti kalo ketemu Mpok kabarin dah”

“Iya Mpok”

Loe dan ayanna kembali ke apartemen. Mereka mendiskusikan siapa kiranya orang yang membawa dompet aya

WARUNG NASI UDUK


Pagi ini suasananya cerah, sinar matahari perlahan mulai naik ke permukaan kini bersinar cerah menyapa bumi yang di selimuti malam bersama bulan dan bintang. Udara yang terasa masih sejuk, burung-burung berkicauan mengisi pagi ini.

Dengan muka khas bangun tidurnya, ia mengenakan kaos hitam polos dan celana bokser pokemon kesayangannya. Yudha mengendarai miko si motor beat hitam kesayangannya yang ia dapatkan dengan hasil menabungkan uang jajannya dan juga hasil kerja paruh waktunya.

Ia tak menggunakan helm karena jarak yang ia tempuh tidak begitu jauh. Hanya melewati beberapa komplek untuk sampai di warung Mpok Aweh penjual nasi uduk. Yudha membeli sarapan untuk dirinya dan juga Diyo yang menginap semalam.

Tidak memerlukan waktu lama, Yudha sudah sampai di warung nasi uduk Mpok Aweh. Ia memarkirkan motornya di depan warung itu.

“Ini nonn nasinya”

Ucap Mpok Aweh memberikan keresek yang berisikan nasi uduk itu kepada seorang gadis

“Ohh iya Mpok, ini uang nya”

Ucap gadis itu mengambil pesanannya dan memberikan uang belanja nya

“Itu Aya gak sih?”

Batin Yudha saat melihat seorang gadis yang terlihat seperti Ayanna

“Gue sapa ahh”

Yudha bersiap beranjak dari motornya untuk menyapa Ayanna

“Makasih Mpok”

“Iyakk nonn sama-sama”

Baru saja ingin menyapa, sayangnya Ayanna sudah buru-buru pergi. Ia terlihat sangat buru-buru pergi dari sana mengendarai mobilnya

“Buru-buru amat tu anak”

Ucap Yudha heran.

“Ehh jangan bengong aje lu tong, ntar kesambet baru tau rasa lu”

Ucap Mpok Aweh menegur yudha. Yang di tegur hanya bisa cengengesan sambil menggaruk tengkuknya

“Ehehhe. Mpok, nasi dua ya bungkus, lengkap”

“Ohh iyak dahh, tunggu bentar yakk”

Ucap Mpok Aweh sambil membuatkan pesanannya

“Dia tinggal Deket sini apa gimana?”

Tanya Yudha sedang berfikir mengapa ia bisa melihat Ayanna sepagi ini di tempat ini

“Lahh Ini dompet siapa?” Batin Yudha

“Mpokk, ini dompet siapa yakk?”

Ucap Yudha sambil menunjukan dompet berwarna putih bercorak bunga-bunga itu pada Mpok Aweh

“Lahh kagak tau Mpok tong. Punya non yang tadi kali yakk”

Yudha yang penasaranpun membuka isi dompet untuk memastikan siapa pemiliknya. Saat membuka isi dompetnya, benar saja dompet itu milik Ayanna. Terlihat dari kartu tanda pengenal yang terdapat foto gadis itu dengan nama Ayanna Gabriel Permana.

“Busettt, dompetnya biasa aja isinya blackcard”

Ucap Yudha yang terkejut mengetahui isi dompet Ayanna

“Ini siapa? Pacarnya kali yak?”

Batinnya saat melihat ada sebuah foto pria di dompet Aya

“Nihh tong pesenannya udah jadi”

Mpok Aweh memberikan pesanan Yudha

“Lu kemane aje tong? Udah lama Mpok kagak liat lu, sibuk lu?”

Yudha menutup dompet itu dan mengambil pesanannya.

“Hehehe iya Mpok, sekarang sibuk kuliah. Mpok kangen nih?”

Jawab Yudha sambil bercanda dengan Mpok Aweh, dulu Yudha sudah menjadi langganan tetap setiap pagi, tapi belakangan ini ia jarang terlihat

“Iyak iyak terserah lu dah tong. Belajar yang bener lu, jangan ampe kayak laki Mpok noh, masih pagi kerjaannye mainin burung mulu”

Kata Mpok Aweh memberi nasihat

“Hahaha iya Mpok, saya kan pinter Mpok”

Ucap Yudha dengan bangga

“Mpok ini dompetnya saya bawa ya, punya temen saya”

“Ahh yang bener lu? Ntar lu bawa lari ntu dompet brabe urusannye”

Ucap Mpok Aweh tak percaya

“Yaelahhh bener Mpok, satu kampus bareng saya dia, satu organisasi juga”

Jelas Yudha pada Mpok Aweh

“Ohh yaudah dahh. Tapi bener lu balikin yakk”

“Iyaaa Mpok tenang aja. Yaudahhh saya pamit dulu yaa”

Yudha beranjak pergi dari sana

“Iyakkk”

Ucap Mpok Aweh tak menghiraukan nya. Seperti ada yang aneh tiba-tiba Mpok Aweh sadar akan sesuatu

“Lahh mau kemana lu tong. Belum bayar lu astaghfirullah”

Teriak Mpok Aweh memanggil Yudha yang sudah duduk di atas motor. Yudha pun buru-buru turun dari motor dan kembali menghampiri Mpok Aweh

“Ehehehe. Maap Mpok lupa saya”

Cengir Yudha sambil memberikan uang nya

“Ahhhh kebangetan banget lu. Makasih yakk uang lu pas”

Ucap Mpok Aweh saat menerima uang dari Yudha

“Hehehe maap ya Mpok”

Sekali lagi Yudha meminta maaf dan pergi meninggalkan tempat itu.

“Nihhh”

Yudha memberikan sebungkus nasi uduk pada Diyo yang sedang duduk di teras depan kamar sambil menghisap sebatang nikotin ditemani segelas kopi hitam di sampingnya

“Thanks bro”

Diyo mengambil nasi uduk yang di berikan Yudha

“Ada lagi nihh”

Yudha memberikan dompet milik Ayanna pada Diyo

“Apaan nih?”

Tanya Diyo bingung

“Punya Aya”

“Ayanna?”

Diyo heran mengapa Yudha bisa bertemu Ayanna sepagi ini. Apalagi Yudha membawa dompet milik nya

“Gue gak sengaja ketemu dia tadi di warung. Tadinya mau gue sapa, tapi dianya malah buru-buru pergi. Mana ngebut banget lagi tu anak bawa mobil”

Jelas Yudha pada diyo

“Terus?”

“Yaa gara-gara buru-buru dia gak nyadar ninggalin dompetnya”

“Terus?”

“Teras terus teras terus Mulu Lo”

Protes Yudha kesal pada Diyo karna responya yang seperti tidak perduli dengan ceritanya

“Ya maksud gue tujuan Lo ngasi dompet ini ke gua apa?”

Ucap Diyo sambil memegang dompet itu

“Biar Lo lah yang balikin”

“Gak. Lo yang nemuin, Lo juga yang balikin”

Diyo memberikan kembali dompet itu pada Yudha

“Dihh yaudah kalo gitu”

Yudha mengambil dompet yang dipegang Diyo tadi, ia berjalan ke dalam untuk menaruh dompet itu dan mengambil dua piring dan sendok. Yudha kembali ke depan dan memberikan piring dan sendok untuk Diyo.

“Nihh piring sama sendok Lo”

Diyo mematikan rokoknya di asbak dan mengambil piring dan sendok yang Yudha berikan

Mereka menikmati sarapannya dengan tenang, hal ini jarang terjadi. Biasanya mereka akan saling mengobrol membahas sesuatu, namun kali ini keduanya diam. Yudha sibuk dengan pikirannya. Ia masih sibuk memikirkan mengapa Ayanna berada di lingkungannya dan Diyo yang memang sedang tidak ingin untuk di ajak mengobrol.

Setelah mereka berdua menghabiskan sarapan, kini keduanya sama-sama memegang sebatang rokok di tangan masing-masing. Suasana hening sejenak, hanya ada hembusan asap rokok yang mengudara.

Diyo membuka pembicaraan

“Yudd. Traktiran Lo besok yaa. Gue gak bisa hari ini”

“Yaelahh masalah itu gak usah di bahas pakk. Gue cuma bercanda. Yakali gue itung itungan ama temen sendiri”

Ucap Yudha sambil menghembuskan asap rokok nya

“Ohh gak mau nihh? Gue sih ikhlas aja traktir Lo”

Goda Diyo

“Kalo Lo maksa gue gak nolak sih, hehehe”

Cengir Yudha sumringah

“Emang Lo mau kemana pak?”

Tanya Yudha

“Biasa”

Diyo menghisap rokok nya, pandangannya lurus menatap ke depan. Entah mengapa rasanya Diyo sedang memikul beban yang berat

“Raya?”

“Hmmm”

Jawab Diyo singkat

Dengan cepat Yudha mengerti maksud Diyo.

“Kalo gak kuat lepasin aja kali pak”

Diyo menoleh ke arah Yudha yang tengah mentap lurus kedepan

“Semirip apapun dia, tetep aja dia bukan orangnya. Kasian anaknya, cuma jadi bayang-bayang Lo aja”

Ucap Yudha yang kini ikut menatap balik Diyo

“Tapi terserah Lo sih pak, gue gak bisa atur isi hati Lo kayak gimana”

Yudha bangkit dari tempat duduknya

“Gue mau tidur lagi. Masih ngantuk gue. Lo gak ikut?”

Tanya Yudha pada diyo yang masih termenung dengan perkataan Yudha tadi

“Lo duluan aja, gue abisin ini dulu”

Ucap Diyo menunjukan rokoknya yang masih setengah

“Ohh yaudah”

Yudha kembali ke dalam dan meninggalkan Diyo sendirian di teras

Tengah malam


Malvin mengantarkan Ayanna pulang kerumah. Selama di perjalanan Malvin hanya diam, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Malvin, suasana di perjalanan sangat hening. Ayanna pun tidak berani membuka pembicaraan karena ia takut pada Malvin, ia hanya sesekali melirik ke arah Malvin berharap Malvin peka dan membuka pembicaraan, namun nihil Malvin tetap fokus pada jalanan. Yupp Aya memang paling takut saat Malvin sudah marah.

Entah apa yang membuat nyali Ayanna menciut saat menghadapi Malvin. Padahal kali ini ia tidak sepenuhnya salah, namun ia selalu kehabisan kata saat beradu argumen dengan Malvin.

Mobil yang di kendarai Malvin kini sudah sampai di depan rumah Aya, Malvin hanya diam tak bersuara, pandangannya fokus menatap ke depan. Ayanna bingung harus bagaimana. Akhirnya ia memberanikan diri untuk membuka suara

“Vinn?”

Panggil Aya lembut, berusaha menarik perhatian Malvin yang diam sedari tadi.

“Hmmm”

Akhirnya Malvin membuka suara meskipun ia masih enggan menoleh pada gadis yang berada di sampingnya itu

“Maafff”

Ucap Aya sambil menundukan kepalanya

“For what?” Tanya Malvin datar

“Buat yang tadi di club”

“Emang apa?”

Tanya Malvin yang sepertinya berusaha memancing Ayanna agar mau mengakui kesalahannya.

“Itu yang tadiii, gue yang salah karna udah buat keributan. Seharusnya gue gak pake cara kekerasan buat nyelesain masalah”

“Lagii...…?”

Aya menghela nafas nya

“Iyaaaa, gue janji gak bakal ngulangin lagi, gue bakal berfikir dulu akibat apa yang udah gue lakuin sebelum bertindak”

“Good, jadi Lo udah paham maksud gue kan?”

Malvin menatap Ayanna yang masih menundukan kepalannya

“Iyaa”

Malvin tersenyum kecil, ia mengusap surai kepala Ayanna lembut

“Udahh gue gak marah sama Lo kok”

Ayanna mendongakan kepalanya, ia menoleh ke arah Malvin

“Bener udah gak marah?”

Malvin mencubit pipi Ayanna gemas

“Iyaa enggakk”

Sang empunya hanya bisa pasrah diperlakukan seperti itu oleh Malvin

Malvin menyudahi kegiatannya mencubit pipi chubby Ayanna

“Udah sana masuk, tidur jangan bergadang”

“Vinn?”

“Yes babe?”

“Can i ask you something?”

“Yes Anything babe”

“Lo capek gak sih temenan sama gue?”

Aya menatap Malvin dalam. Mendengar itu Malvin mengerutkan keningnya. Ia cukup terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan gadis itu.

“Hey heyy what you talking about? Gak usah ngaco gitu ngomongnya. Gue gak pernah bosen apalagi capek temenan sama Lo, ngerti?”

“Hmmm”

Ayanna hanya mengangguk pelan dan terlihat sedang memikirkan sesuatu

“Heyy what's wrong with you babe?”

Malvin mulai panik, ia takut terjadi sesuatu pada Ayanna yang tak ia ketahui

“Hmm gapapa sih, gue cuma ngerasa dari dulu gue kayak jadi beban Lo aja Vin”

Entah apa yang dipikirkan ayanna hingga tiba-tiba ia bisa berkata seperti itu. Moodnya sangat sulit untuk di tebak.

“Ayanna, Lo gak pernah sekalipun jadi beban buat gue. Gue ngelakuin semua ini atas kemauan gue sendiri yyaa. Lo yang bilang sendirikan kalo gue kembaran Lo, gue bukan cuma sekedar sahabat Lo tapi gue juga kembaran Lo. Tugas gue cuma ngelindungin Lo dan buat Lo bahagia”

Malvin menggenggam tangan Aya

“Maafin gue ya kalo tadi gue terlalu keras sama Lo”

Aya tersenyum dan menggelengkan kepalanya

“Gak kok vinn, makasih ya”

Malvin menatap Aya dalam, ia bertanya-tanya apakah gadis yang berada di sampingnya ini benar baik-baik saja?

“Yyaa, kalo ada masalah cerita ya sama gue. Jangan Lo Pendem sendiri, Lo masih punya gue, ok?”

Aya tersenyum dan mencubit kedua pipi Malvin

“Iyaa bawelll”

Ayanna tertawa kecil sambil terus mencubit pipi Malvin.

“Sini Lo”

Malvin tak ingin kalah dari Aya pun ikut mencubit pipi Ayanna. Mereka pun perang saling mencubit pipi

“Aawww vinn sakit ihh, Lo mah bercandanya gak kira-kira”

Protes Aya memukul perut Malvin karena Malvin mencubitnya cukup keras

“Abisnya lo gemesin yyaa”

Ucap Malvin yang kali ini mencubit hidung Ayanna gemas

“Ihhhhh, udah ahh gue mau masuk. Lo hati-hati pulangnya. Thanks ya udah anterin gue pulang”

Malvin hanya tertawa

“Iyaa, tidur sana. Inget jangan bergadang”

“Terserah gue dong mau bergadang apa gak”

Ucap Aya saat membuka pintu dan ingin turun dari mobil

“Ayanna...”

“Nyenyenyenyeeee, wlleee”

Ucap Ayanna mengejek Malvin sambil memeletkan lidahnya Dan kabur begitu saja meninggalkan Malvin

“Dasar bocill”

Malvin tersenyum sambil menggelengkan kepalanya heran dengan tingkah gadis itu. Ia memperhatikan Ayanna yang berlali memasuki rumahnya.

Setelah ia memastikan Ayanna benar-benar masuk ke dalam rumah, baru ia pergi meninggalkan tempat itu.

Saat dalam perjalanan pulang, tiba-tiba sebuah mobil sport berwarna hitam menyalip mobil milik Malvin. Mobil itu berhenti tepat di depan Malvin hingga membuat Malvin secara otomatis ikut mengerem dan menghentikan mobilnya.

Seseorang keluar dari mobil itu dan berjalan menghampiri Malvin.

Melihat siapa yang keluar dari mobil itu Malvin menghela nafasnya kasar

“Mau ngapain lagi dia?”

Gerutunya di dalam mobil, sungguh ia sangat malas menghadapi orang ini

“Keluar Lo”

Ucap laskar sambil mengetuk kaca pintu mobil

Dengan malas Malvin pun turun dari mobilnya

“Brengsek”

BUGGG

Baru saja Malvin turun dari mobilnya, tiba-tiba laskar melayangkan pukulan yang keras mengenai wajah Malvin. Malvin pun sedikit oleng saat di hantam oleh laskar.

Malvin memegangi sudut bibirnya yang berdarah.

“Maksud Lo apaan bangsat?”

“Ngapain Lo bawa Ayanna pergi hah?”

Malvin meludah ke samping dan tertawa kecil, ia tersenyum sinis kepada laskar

“Harus banget Ayanna laporan sama Lo dia mau kemana? Lo siapa nya dia hah?”

Laskar memgepalkan kedua tangannya, ia tak bisa lagi menahan emosinya mendengar ucapan Malvin

“LO JAUHIN AYA”

Ucap laskar penuh penekanan

“Justru Lo yang harus jauhin Aya, Lo itu cuma jadi pengaruh buruk buat dia”

“BAJINGAN”

BUGG BUGG BUGGG

Laskar kembali menghantam Malvin habis habisan. Malvin pun membalas pukulan dari laskar. Ia menendang dada laskar hingga terjatuh ke aspal. Kini Malvin berada di atas laskar dan memukuli wajah laskar Tampa ampun, laskar memberontak dan menggulingkan Malvin ke samping hingga posisinya berubah, laskar kini berada di atas Malvin, ia mencengkram kerah baju Malvin

“Lo pikir Lo siapa hah? Mentang-mentang Lo udah lama sahabatan sama dia, bukan berati Lo bisa ngontrol dia”

Ucap laskar penuh dengan emosi, lagi dan lagi laskar menghantamkan pukulan pada Malvin. Ia hanya dia tak memberika perlawanan

Laskar menghentikan pukulannya, deru nafasnya memburu. Malvin yang berada di bawahnya kini tertawa

“Hahahahahahahhahahahaa”

Laskar heran mengapa Malvin tiba-tiba tertawa

“Gue emang cuma temennya Aya, tapi gue satu-satunya orang yang bisa dia andelin, gue yang dia anggep kembarannya, gue yang selalu jadi Hero buat dia. Sedangkan Lo apa? Hahaha artinya Lo apa buat Aya hah?”

“Dasar banjingan. Orang gila kayak Lo gak pantes ada di deket Ayanna”

Malvin tersenyum sinis

“Emang Lo pantes buat dia?”

Laskar semakin keras mencengkram kerah baju Malvin

“Lo tau gak tadi di club Aya berantem? Lo kemana hah waktu dia perlu bantuan hah?”

Laskar diam tertegun, ia tidak tau kalau tadi Ayanna berkelahi di club

“Kenapa diem aja? Lo gak tau kan? Masih berani Lo bilang gue gak pantes buat dia. Lo aja gak bisa jagain dia, gimana Lo bisa pantes buat dia?”

Laskar tiba-tiba merasa lemas mendengar ucapan Malvin. Ia merasa bersalah pada Ayanna karena tidak bisa menjaganya dengan baik.

Malvin menyingkirkan laskar dari hadapannya dan bangkit berdiri

“kalo gak bisa jagain Aya mending gak usah”

Ucap Malvin sambil merapihkan pakainnya yang kusut dan kotor.

“Satu hal yang perlu Lo tau, gue gak perduli Ayanna ngebales perasaan gue atau gak, yang terpenting tugas gue ngelindungin dia dan mastiin dia bahagia”

Ucap Malvin lalu pergi meninggalkan laskar yang masih duduk terdiam

“Bego, laskar Lo bego banget anjing”

Ucapnya yang menyalahkan dirinya sendiri. Ia merasa malu, ia merasa gagal menjaga Ayanna

BOYS TALK


“korek Lo dong”

Yudha memberikan benda kecil persegi panjang itu pada Diyo

“Trus gimana?”

Tanya Yudha di sela kegiatan mereka yang tengah menghirup sebatang nikotin di tangan mereka masing-masing.

Diyo menghembuskan asap yang keluar dari mulutnya

“Ya gue sentil aja jidat dia, trus gue tinggalin”

Jelas Diyo melanjutkan ceritanya, kembali ia hisap sebatang nikotin itu dan menghembuskannya

“HAHAHAAHAHAHHAAA”

Suara tawa Yudha mengisi ruang tamu yang hanya di huni oleh mereka berdua

“Bego banget si Aya, bisa-bisanya dia gak inget sama kahim sendiri, mana dikira Lo modusin dia lagi hahahaha”

Ucap Yudha yang masih tertawa, Diyo tidak membalas ucapan temannya itu, ia masih sibuk menghisap rokok yang ada di tangannya, ia hanya tertawa kecil melihat reaksi Yudha saat mendengar ceritanya yang sangat random hari ini. Tentunya tentang bagaimana anggota nya sendiri tidak mengenali dirinya yang notabennya adalah seorang ketua BEM.

“Gue gak sabar pingin liat reaksi dia Minggu depan pas tau Lo siapa”

Ucap Yudha seakan sedang membayangkan reaksi dari gadis yang sedang mereka bicarakan

“Trus si Aya mau Lo apain?

Tanya Yudha sambil menoleh ke arah Diyo yang tengah duduk di sampingnya

“paling kayak biasa”

Ucap Diyo sambil mematikan sebatang rokok nya yang tersisa sedikit. Ia bangkit dari sofa

“Udah jam 04.35 gue capek mau tidur”

“Anjirr udh pagi aja”

Ucap Yudha yang tidak menyangka ternyata obrolan mereka cukup lama

“Lo utang ya sama gue njing, gara-gara Lo gue jadi ikutan begadang”

Ucap Yudha yang juga tengah mematikan rokoknya

“Biasanya juga sampe pagi Lo nongkrong gak masalah”

Cicit Diyo kesal

“Hehehhe. traktir apa kek besok, gue lagi bokek”

Cengir Yudha

“Iyaaaaa terserah, asal tau diri aja Lo”

“Ihh tenang aja Yudha tau diri kok, paling besok hanamasa aja”

Ucap Yudha yang kini tengah tersenyum sumringah dengan alis nya yang naik turun

Diyo tersenyum miring memasang wajah liciknya

“Boleh. Tapi Miko gue jual”

Ucap Diyo yang langsung pergi menuju kamar Yudha dan meninggalkan nya sendirian di ruang tamu

“Jangan anjing, separuh nyawa gue itu woii”

Ucap Yudha sambil mengejar Diyo yang kini sudah berada di kasur menutupi wajahnya dengan lengan kanannya

“Hadehh beban temen”

Ucap Yudha pasrah

“Hanamasa Lo gue cancel”

Ucap Diyo yang masih dalam posisi tidurnya

“Ehhh ehhh jangan pakk, becanda doang saya tadi, besok saya makan apa pak?”

Ucap Yudha sok memelas

“Bukan urusan gue”

Ucap Diyo datar

“Yaelahh becanda pakk, sensitif banget sih pak lagi dateng bulan apa gimana?”

Tanya Yudha dengan bercanda

Diyo menghela nafasnya kasar, ia membuka matanya dan mendudukkan dirinya di kasur dengan wajah jengkelnya

“Ribut sama gue ayoo, cape gue denger Lo ngebacot bangsat”

Ucap Diyo yang benar-benar lelah dan frustasi

Yudha berlari kecil menuju kasur lalu melompat ke atas kasur sambil memeluk Diyo

“Becanda sayang”

Ucap Yudha sambil memeluk Diyo dengan gemas

“Geli bangsat. Sana sana”

Gerutu Diyo mengusir yudha

“Hahahaha makannya Lo jangan marah-marah mulu pak. Gue masih normal yeee masih demen cewek gue”

Jelas Yudha sambil melepaskan pelukannya

“Hmmm”

Jawab Diyo malas

Sebenarnya Diyo sudah terbiasa dengan sikap Yudha yang seperti ini, ia juga tau kalau sahabatnya itu normal dan memang suka bercanda. Tapi kali ini kondisi Diyo benar-benar sangat lelah untuk menanggapi candaan Yudha. Yang ingin ia lakukan saat ini adalah agar ia bisa tidur dengan tenang

“Kalo hanamasa gak jadi sushi tei juga boleh”

Goda Yudha saat Diyo hampir tertidur dan tentunya mampu memancing amarah Diyo

“YUDHA PANGESTU”

ucap Diyo dengan nada tegas. Kali ini kesabarannya sudah habis

“Ampun pakkk. Jangan manggil nama lengkap saya begitu pak, berasa lagi di panggil malaikat maut saya”

Diyo menoleh ke arah Yudha dengan mata menyalangnya

“Hehe janji gak ganggu lagi sumpah”

Kali ini Yudha benar-benar diam, bulu kuduk nya merinding. Mengerikan jika membuat Diyo marah. Lebih baik ia tidur sebelum Diyo benar-benar meledak. Pasalnya jika seorang Diyo sudah mengabsen nama lengkap dengan nada tegas itu artinya sebuah peringatan untuk orang itu. Suasana kamar sangat hening, hanya ada suara pendingin ruangan di sana, kini keduanya benar-benar sudah terlelap. Terlarut jauh kedalam mimpi mereka masing-masing.

BEGO


“Sorry yaa kita telat”

Kata Ayanna saat sampai di meja yang sudah lebih dulu di tempati laskar dan Leo, ia mendudukkan dirinya pada sofa di samping laskar, begitu juga dengan Tania dan Luna yang sudah mengambil posisi duduk di hadapannya

Laskar menatap tajam pada Tania

“Kenapa telat?”

“Nahkann kena gue” Batin Tania

“Ehh anuu, nihhh si monyet dandan lama banget”

Kata Tania sambil menyenggol Luna yang ada di sampingnya

“Telat bentar doang Lo lebay banget dehh. Lo pikir make up 5mnt kelar? Cowok tau apa soal makeup?”

Jawab Luna yang sedikit kesal

“Yaa terserah Lo dehh”

Jawab laskar yang malas melanjutkan perdebatan ini, ia tau betul jika sudah menyinggung tentang masalah makeup maka tidak akan ada ujungnya.

“Dihh gak jelas Lo”

Kata Luna sambil memutar bola matanya

“Duhhhh baru juga nyampe, kenapa pada ribut sih? Gak enak lah suasanya jadi kaku gini, lagian kan Lo yang ngajakin kita ke sini masa Lo yang betean, gimana sih”

Kata Tania berusaha menenangkan Luna

Luna yang tengah menyenderkan badannya pada sofa menyilangkan tangannya

“Tuhh si laskar nyebelin”

Ia menunjuk laskar dengan dagunya

“Dihh kok gue” Protes laskar

“Ya emang Lo yang nyebelin”

Dengan cepat Luna membalas perkataan laskar dengan menyolot

Baru saja laskar ingin membalas perkataan Luna namun Ayanna dengan cepat menahan laskar

“Karr udahhh jangan di lanjutin”

Bisik Aya yang tengah memegang lengan laskar memberi kode agar tidak meneruskan perdebatan mereka, laskar pun menurut dan mengabaikan Luna yang tengah marah dengannya

“Relax Broo, baru juga sampe udah ribut aja lo berdua”

Kata Leo sambil menuangkan minuman ke dalam gelas

“Nihh”

Leo memberikan gelas itu kepada laskar dan teman-teman yang lain

“Minum dulu lahh biar adem tu otak sama hati Lo pada”

Kata Leo sambil menatap ke arah teman-temannya, merekapun mengambil minuman yang diberikan oleh Leo terkecuali Luna, ia masih dalam posisi yang sama dan tidak mau menoleh ke arah laskar

“Lunn udah kali, Baikan sana sama laskar”

Bujuk Ayanna agar Luna mau berbaikan dengan laskar

“Dia dulu yang minta maaf baru gue maafin”

Kata Luna sambil menoleh ke arah laskar

“Apa Lo bilang?”

Mendengar itu tentu saja membuat laskar kesal, ia menoleh ke arah Luna, tatapan matanya tajam

Melihat akan adanya terjadi keributan, Ayanna segera membujuk laskar untuk mengikuti kemauan Luna, hanya dengan cara ini mereka cepat berbaikan

Ayanna mencubit pinggang laskar

“Cepetan minta maaf”

Bisik Aya pada laskar

“Gue gak salah yya, ngapain gue minta maaf?”

Kata laskra yang ikutan berbisik pada Ayanna

“Yaudah sihh ikutin aja kalo Lo mau masalah ini ceper kelarr, gue pusing liat Lo berdua ribut. Lo berdua kalo ribut kayak kucing sama anjing tau gak”

Masih berbisik dengan laskar kini nada bicara Aya sedikit menekan

Laskar menghela nafasnya kasar

“Yaudah gue minta maaf”

Dengan berat hati ia meminta maaf pada Luna

Luna menoleh pada laskar, menatapnya diam, lalu tiba-tiba tertawa

“Hahaahhaaa anjirr Lo beneran ngalah sama gue? Gue kira Lo gak mau kalah debat sama gue”

Kata Luna yang masih tertawa

“Lo ngerjain gue?”

Tanya laskar yang mulai kesal

“Hahahaha iyaa, abisnya lo lebay banget anjirr”

Luna tertawa dengan rasa tak bersalah, Sedangkan teman-temannya yang melihat tingkah Luna hanya bisa menahan kesal

“Anak anjing”

Ucap laskar yang kesal dan frustasi dengan tingkah Luna

“Taekkk Lo gaje banget anjingg, gue kira beneran”

Kata Tania yang sudah kesal dengan Luna, rasanya ingin sekali ia Membuangnya ke tempat sampah”

“Gak jelas Lo setan”

Kata Leo yang jengkel dengan tingkah Luna

“Astagaa dosa apa gue punya temen modelan Lo pada”

Kata Aya sambil memijit pelipisnya

“Hehehe sorry, udah jangan pada marahin Luna dong”

Luna menunjukkan senyum sumringahnya

“Ehh Lo tau gak?”

Kata Luna yang langsung tiba-tiba mengubah topik pembicaraan

“Biasanya nih, kalo modelan pembukanya kayak gini pasti mau ngegibah kan Lo”

Kata Tania yang sudah hafal dengan tingkah sahabatnya itu

“Tau aja”

Kata Luna sambil mencolek dagu Tania. Ia yang merasa risih pun langsung menyingkirkan tangan luna dari wajahnya

“Ihh paan sih lo main colak colek aja, Lo pikir gue sabun colek”

Ucap Tania sambil mengusap dagunya pelan. Laskar, Ayanna dan Leo hanya memperhatikan mereka berdua.

Pergibahan mereka pun berlanjut, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 00.37 setelah satu jam lebih mengobrol mereka pun mulai merasa bosan.

Ayanna, Luna dan Tania sedang berada di dance floor, mereka sedang menari mengikuti alunan musik yang di mainkan oleh DJ.

Laskar dan Leo tidak ikut karena mereka tidak suka berdesak-desakan, apalagi mereka sangat tidak suka dengan wanita yang sengaja mendekatinya. Itu sebabnya Leo jarang berkencan, ia tidak suka dengan wanita yang caper dengan nya, menurut nya wanita yang caper itu menyebalkan. Berbeda dengan laskar, ia tidak pernah berpacaran, ada alasan tersendiri Mengapa ia tidak mau memiliki pacar, bukan karena ia tidak menyukai wanita tetapi sudah ada seseorang yang mengisi hatinya namun hanya ia pendam seorang diri.

Di dalam keramaian seseorang diam-diam berjalan ke arah Ayanna, perlahan mendekatinya hingga jarak pria itu dan Ayanna sangat dekat, pria itu tersenyum sambil memperhatikan Ayanna yang tidak menyadari keberadaannya. Perlahan pria itu memeluk Ayanna dari belakang

“Hai cantik” bisik pria itu.

Ayanna pun terkejut, segera ia membalikan badan dan mendorong tubuh pria itu agar menjauh dari nya

“Bangsat, lo jangan kurang ajar ya”

Kata Ayanna kesal

Pria itu sedikit memundurkan badannya lalu menatap Ayanna dan tersenyum

“Gue Jake”

Pria itu mengulurkan tangannya yg penuh dengan tatto

Ayanna melihat pria itu mengulurkan tangannya lalu menatap wajah pria itu

“Gak nanya”

Dengan santainya Ayanna pergi meninggalkan pria itu yang masih mengulurkan tangannya

Pria itu tertawa kecil, ia kembali menarik tangannya yang di abaikan oleh Ayanna

“Liat aja nanti”

Kata pria itu tersenyum sinis lalu pergi dari tempat itu.

“Ayanna?”

Tiba-tiba seorang gadis memanggil Ayanna saat ia ingin kembali menuju meja nya. Ayanna terdiam, ia bingung karena ia tidak mengenal gadis itu. Gadis itu berjalan menghampiri Ayanna.

“Lo Ayanna Gabriel kan? Anak IPS1? Gue Kirana anak IPA2, Lo gak inget?”

Dengan cepat Ayanna langsung mengingat siapa gadis itu

“Ohh iya iyaa, Lo Kirana Sylvia kan? inget gue. Astaga udah lama banget sorry ya, gue gak nyangka bakal ketemu Lo di sini”

“Hahaha iya, gue juga gak nyangka, awalnya gue ragu kalo itu Lo, tapi pas Lo lewat tadi gue beraniin aja buat nyapa Lo, ehh beneran Lo ternyata”

“Hahahaha iyaa. Ehh Lo apa kabar?”

“Gue baik kok, Lo kuliah dimana?”

“Gue di Neo, Lo dimana?”

“Kita tetanggaan dong, gue di Aecity Deket kampus Lo”

“Hah? Serius? Deket banget dong. Gila gue kangen banget sama lo apalagi pas kita bareng di OSIS”

“Hahaha iya gue juga, dulu seru banget kalo di inget-inget. Ehh kapan-kapan ayo jalan bareng kan udah lama kita gak ketemu.

“Ayokkk, mau kemana nih?”

“Hmm enaknya kemana ya? nanti gue chat Lo dehh enaknya kemana. Yya gue minta nomer Lo dong”

Kirana memberikan ponselnya, Ayanna mengambil ponsel itu dan menyimpan kontak nya.

“Udah nihh”

Aya memberikan kembali ponsel milik Kirana

“Ok nanti gue chat Lo ya”

Kata Kirana menerima ponselnya

“Iyaa. Ran gue balik duluan ya, byeee”

Kata Aya berjalan mundur melambaikan tangannya

“Iya, gue juga”

Kirana juga membalas lambaian tangan Aya dan pergi meninggalkan Ayanna

BRUKK...

Saat sedang berjalan mundur Aya tidak sengaja menabrak seseorang

“anjinnggg, lo kalo jalan liat-liat dong”

kata Aya marah sambil membalikkan badannya

Diyo mengendus kesal

“Kan Lo duluan yang....”

Diyo terdiam, ia mengerutkan alisnya saat melihat seseorang yang ada di hadapannya

“Lohh lo kan A......”

Blm selesai berbicara Ayanna lebih dulu memotong pembicaraan Diyo

“gak usah sksd, gue gak kenal sama lo” “Modus Lo gak mempan”

kata Aya angkuh, dengan sedikit sempoyongan Aya pergi meninggalkan Diyo yang hanya mematung seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar

“Wahhh gila tu cewek, dia yang salah gue yang di omelin. Mana di kira gue modusin dia lagi, pede bngt tu cewek”

kata Diyo yang mengomel sendiri

“Bisa-bisanya dia gak inget gue”

Gumamnya sambil memperhatikan Ayanna pergi meninggalkannya

Diyo melanjutkan langkahnya menuju meja bartender, sesampainya di sana ia langsung memesan segelas “Brandy” minuman beralkohol dengan kadar alkohol yang cukup tinggi. Dengan sigap bartender langsung menyajikan minuman yang diyo pesan.

Sudah 30menit berlalu. Beberapa gelas sudah ia habiskan kini Diyo hanya memutar-mutar sisa minuma di gelas yang ada di tanganya, ia diam sejenak.

“gak usah sksd, gue gak kenal sama lo” “Modus Lo gak mempan”

Diyo terawa kecil, wajah Ayanna dan kalimat itu masih terbayang-bayang di kepalanya.

“Ngapain gue mikirin dia” batinnya

Diyo tersadar dari lamunannya, ia menegak habis minuman yang tersisa di gelasnya.

Doyi mengambil ponsel di saku celananya, Ia melihat notifikasi di layar ponselnya, Yudha mengirimnya sebuah pesan, Diyo segera membalas pesan itu. setelah selesai membalas pesan dari Yudha, ia segera pergi meninggalkan tempat itu.

Diyo berjalan menuju parkiran mobil, kepalanya terasa cukup berat namun Diyo masih sanggup mengontrol dirinya untuk tetap tersadar. Saat sudah dekat dengan mobilnya, ia mendengar suara.

“Meoww pusss... Sini”

Suara seseorang dari dekat mobil Diyo

Diyo mencari sumber suara tersebut

“Meoww... Sini jangan takut aku gak jahat kok”

Diyo mendapati seorang gadis yang sedang berjongkok di samping kiri mobilnya. Diyo cukup terkejut karena gadis itu adalah Ayanna

“Kasian kaki kamu luka, pusss... Pusss... Ayo aku obatin biar gak sakit pusss...”

“Lo ngapain?”

Tanya Diyo keheranan

“Itu ada kucing di kolong mobil, kakinya luka jadi mau gue obatin tapi gak bisa ngambilnya”

Kata Ayanna yang masih berusaha meraih kucing itu Tampa melihat siapa yang bertanya.

Diyo yang penasaran pun ikut melihat di kolong mobilnya, ia menyalakan flash ponselnya dan melihat seekor kucing berwarna hitam putih tengah menjilati lukanya yang terlihat seperti luka bakar. Diyo berusaha mengambil kucing itu, karena tangan Diyo yang panjang dengan mudah Diyo meraih anak kucing itu.

“Meow meow meow”

Suara anak kucing itu saat Diyo berhasil mendapatkannya

“Nih kucingnya”

Diyo memberikan kucingnya kepada Ayanna

“Maka...sih”

Ayanna terdiam, ia sedikit terkejut saat melihat seseorang yang ada di hadapannya

“lo? Ngapain sih, Lo ngikutin gue?”

Tanya Ayanna menyolot

Diyo menaruh kedua tangan di pinggangnya dan menghela nafas kasar, ia merasa frustasi karena Ayanna terus menuduhnya mengikuti atau ingin memodusinya

“Lo punya sopan santun gak sih? Udah di tolongin bukannya bilang makasih malah nuduh gue sembarangan”

Ucap Diyo kesal

“Iya makasih. Lagian ngapain lo disini? Lo ngikutin gue kan?”

Ayanna menatap Diyo penuh curiga

“Sorry ya gak usah ke ge'eran, ngapain juga gue ngikutin Lo, ini mobil gue”

Kata Diyo yang ikut menyolot. Ayanna hanya terdiam menahan rasa malu

Diyo menyipitkan matanya, menatap Ayanna penuh curiga

“Lo beneran gak inget gue?”

“Maksud Lo?”

Ayanna mengerutkan keningnya

“Lo beneran gak inget apa pura-pura lupa?”

“Hah? Apaan sihhh, Lo siapa?”

Diyo hanya menatap Ayanna dan tersenyum kecil

“Minggu depan juga Lo tau gue siapa”

“Hah?”

Ayanna terlihat semakin kebingungan. Diyo tertawa kecil, ia tidak habis pikir dengan tingkah gadis yang ada di hadapannya.

Diyo berjalan satu langkah mendekati Ayanna memandang wajahnya

“Lo.. Lo mau ngapain?”

Ucap Aya gugup dan sedikit berjalan mundur

TLAKKKK...

Satu sentilan yang cukup keras berhasil lolos di kening Ayanna

“Awwww”

Ringis aya yang merasa kesakitan sambil memegangi keningnya yang memerah akibat ulah Diyo

“BEGO” ucap Diyo

“anjingg, lo gila ya? Sakit tau”

“Inget jangan telat”

Ucap Diyo lalu pergi meninggalkan Ayanna yang masih meringis menahan sakit di keningnya.

“Heh mau kemana Lo? Anjing. Awas aja kalo ketemu lagi”

Diyo tidak menanggapinya dan masuk ke dalam mobilnya

“DASAR COWOK SINTING”

Teriak Ayanna saat Diyo melajukan mobilnya, Diyo hanya tersenyum melihat Ayanna dari sepoin mobilnya.

“Sialan, orang gila. itu cowok siapa sih? Ngeselin banget sumpah”

“Meow meowww...”

Ayanna Samapi lupa dengan kucing yang ada di gendonganannya

“Oiyaa maaf ya aku lupa ada kamu, kasiannn pasti sakit ya? tunggu bentar ya”

Ucap Aya sambil mengelus kepala kucing itu. Lalu ia mengambil ponsel dan menelfon seseorang. 20menit Aya menunggu di luar dan orang yang ia telfon datang.

“Kak minta tolong obatin dulu ya besok gue ambil”

Ucap Aya memberikan anak kucing itu pada temannya yang merupakan seorang dokter hewan

“Astaga, kok bisa gini?”

Tanya dokter itu

“Jadi tadi gue mau cari angin di luar terus gue liat di pojok sana ada beberapa cowok lagi nginjek nginjek kucing nya trus mereka juga ngebakar kucing nya jadi gue samperin mereka trus kabur gitu aja. Gue mau selametin kucing nya tapi lari ke kolong mobil, mana tadi yang nolongin orang sinting lagi”

Jelas Aya yang menceritakan bagaimana kronologi kejadian kucing itu

“Orang sinting?”

Tanya dokter itu heran

“Iyaa tadi ada orang nyebelin yang nolongin gue, besok aja dehh gue ceritain, itu kasian kucing nya”

Kata Aya sambil menunjuk kucing yang sudah ada di dalam kandang

“Ohh iya, kalo gitu gue bawa kucingnya ya”

“Iya kak. makasih yaa, maaf banget gue ganggu Lo jam segini”

“Hahaha gapapa kok, ini kan udah tugas gue yya”

Ucap dokter itu tersenyum ramah

“Hehhehe Lo emang the best deh”

Aya memberikan finger heart nya

“Hahahaha Lo tuh ya di tempat kyk gini masih aja sempet nolongin kucing”

Ucap dokter itu yang masih suka heran dengan sikap Ayanna yang unik

“Yaelah kakk, Lo kayak gak tau gue aja”

Ucap Ayanna sambil memukul pelan lengan dokter itu dengan bercanda

“Hahaha iya gue tau. Yaudah gue duluan ya”

Ucap dokter itu tersenyum lalu berpamitan

“Hati-hati ya, bye”

Aya melambaikan tangannya dan di balas oleh dokter itu. Setelah dokter itu pergi Aya kembali masuk kedalam club.

Ayanna berjalan menuju ke arah pemuda yang sedang tertawa bersama teman temannya.

BRUKKK

satu tendangan lolos tepat mengenai wajah pria itu hingga membuat pria itu jatuh tersungkur di lantai

“Bangsat, apa-apaan Lo?”

Protes pria itu sambil memegangi wajahnya akibat tendangan Ayanna

Ayanna membuang nafasnya kasar dan menyibakkan rambutnya. Ia menatap pria itu dengan mata menyalang, Aya melanghakan kakinya.

“Aaarrrggghhhh”

Teriak pria itu kesakitan saat Ayanna menginjak jari tangan pria itu

“Gimana? Sakit Hah?”

Ucap Aya yang penuh dengan amarah

Seseorang yang berada di sampingnya ingin melayangkan pukulan kepada Ayanna namun dengan cepat seseorang menahannya.

“Sampe berani Lo nyentuh dia, Lo bakal abis sama gue”

Ucap pria itu yang sedang menahan tangan pemuda tadi yang ingin memukul Ayanna

“Lo siapa hah? Gak usah ikut campur anjing. Mau sok jadi pahlawan Lo?”

Ucap pemuda itu sambil tertawa karena sudah dalam kondisi mabuk

“Gue siapa bukan urusan lo”

“Gak usah banyak bacot lo anjing”

BUGGG

Pemuda itu melayangkan pukulan hingga mengenai wajah pria itu

“Vinn”

Ayanna terkejut melihat Malvin yang baru saja di pukul oleh pemuda itu

Malvin mengabaikan Aya dan langsung membalas pukulan pemuda itu

Pria yang berada di bawah Ayanna berhasil melepaskan kaki Ayanna yang sedang menginjak jari tangannya saat Ayanna sedang lengah. Ia bangkit dan menyerang Ayanna, namun Aya tak kalah cepat dari pria itu, ia membalas serangan dari pria itu

Perkelahian mereka cukup menarik perhatian orang di sekitar hingga beberapa orang menonton mereka berkelahi

Pemuda yang di hajar Malvin sudah babak belur, begitu juga dengan pria tadi yang kini tersungkur di lantai, Aya Masih menendangi pria itu

“Yyaa udah”

Malvin berusaha menarik Aya namun tangan Malvin langsung di tepis oleh Aya

“Ini belum seberapa dari apa yang udah Lo lakuin sama anak kucing itu. Harusnya gue potong jari Lo anjinggg”

Ucap Aya yang kini ingin kembali menginjak tangan pria itu

Malvin tidak punya pilihan lain, ia menggendong Ayanna di pundaknya dan membawanya pergi meninggalkan para pemuda itu

“Vinn lepasin gue bangsat gue belum selesai”

Ayanna memberontak saat Malvin menggendongnya

“Gak. Gak bakal gue turunin kalo Lo blm tenang”

“Lepasinn ihhh, kalo gak gue bakal teriak”

Ucap Aya yang masih berusaha turun dari gendongan Malvin

Malvin pun menurunkan Ayanna dari pundaknya

“Apa?”

Tanya Malvin dengan wajah yang mengintimidasi

“Lo ngapain sih kesini? Kan udah gue bilang jangan ngikutin gue”

Ucap Aya kesal pada Malvin

“Biar apa? Biar bisa berantem-berantem? Yyaa gue gak suka ya liat lo berantem kayak tadi”

“Biarin aja”

Ayanna melangkahkan kakinya meninggalkan Malvin, namun Malvin dengan cepat menyusul Ayanna dan menarik tangannga. Membawanya menuju mobilnya

“Vinn Lo apaan sihh? Lepasin gak”

Malvin tidak menanggapi Ayanna yang terus berusaha melepaskan genggamannya yang sangat kuat

“Masuk”

Perintah Malvin yang menyuruh Ayanna masuk ke dalam mobilnya

“Gak”

Ucap Aya menepis Tangan Malvin, ia ingin pergi dari sana namun tangannya di tahan oleh Malvin

“GUE BILANG MASUK YA MASUK”

“LO MAU NGAPAIN KE SANA HAH? MAU NGAPAIN? KALO GUE TANYA JAWAB”

Ucap Malvin membentak Ayanna

Ayanna menundukkan kepalanya dan mengepalkan kedua tangannya deru nafasnya memburu

“Liat gue”

Aya masih menundukan kepalanya

“Yyaa liat gue”

Kini Malvin menuntun Aya untuk menatapnya.

“Ini yang gue takutin kalo gue biarin Lo pergi ke tempat kayak gini. Yyaaaa gue ngajarin Lo bela diri bukan buat kayak gini ya, gue gak suka liat Lo berantem gak jelas kayak tadi, ngerti?”

“Lo pikir gue berantem kayak tadi Tampa alasan gitu?”

Tanya Aya yang tak terima dengan perkataan Malvin

“Ok, jelasin ke gue sekarang”

Malvin menyilangkan tangannya, menatap Aya datar menunggu penjelasan dari gadis yang berada di hadapannya itu

Nyali Aya mulai menciut melihat wajah Malvin yang sudah marah dengan Aya

“Gue kayak tadi bukan Tampa alasan vinn”

Malvin masih menatap Aya datar menunggu jawaban. Aya menarik nafas dalam-dalam dan mulai menjelaskan kejadian yang terjadi, setelah panjang lebar Aya menjelaskan, Malvin mulai paham dan mulai meredakan amarahnya pada Aya

“Jadi gitu ceritanya, gue kesel banget sama orang tolol kayak mereka Vin”

Malvin menghela nafasnya

“Yaudah, lagipula kucingnya udah di selametin kan? Sekarang Lo pulang ok?”

“Tapi yang lain masih di dalem, tas gue juga masih di sana”

Tiba-tiba Aya mendapatkan telfon dari laskar

”(Hallo yyaa Lo dimana?)”

“Hallo karrr gue di parkiran luar”

”(Lo ngapain di sana?)”

Baru saja Aya ingin berbicara namun dengan cepat Malvin mengambil ponsel Aya

“Aya sama gue, Lo gak perlu nyariin dia, gue yang anter dia pulang sekarang”

Ucap Malvin yang langsung mematikan telefon dari laskar

“Kok Lo matiin sih?”

Tanya Aya heran

“Lo masuk cepet, pulang sekarang juga”

Ucap Malvin sambil menuntun Aya masuk ke dalam mobilnya. Aya hanya menurut dan masuk ke dalam mobil

<< laskar POV >>

”(Aya sama gue, Lo gak perlu nyariin dia, gue yang anter dia pulang sekarang)”

“Bangsatt” Tut tut tut..

Belum selesai ia berbicara, telefon nya lebih dulu dimatikan oleh Malvin

“Anjing” gerutu laskar

“Gimana karr?” Tanya Luna

“Gue duluan”

Ucap laskar yang sangat terburu-buru ingin pergi dari sana

“Lo mau kemana woyy?”

Teriak Leo

“Gue cabut dulu, tas Aya Lo bawa dulu”

Ucap Laskar langsung pergi meninggalkan mereka bertiga

“Si laskar kenapa dah buru-buru banget?”

Tanya Luna heran

“Tau dehh”

Jawab Tania sambil menaikan bahunya

LOH ELO KAN A


“Drett drettt...”

Bertubi-tubi notifikasi chat memenuhi layar ponsel milik Diyo, tentang orang-orang yang tengah khawatir dengan keadaan dirinya yang tiba-tiba menghilang.

Diyo menghilang. Diyo memang sengaja tidak pulang ke rumah, ia hanya ingin menghabiskan waktunya untuk menenangkan dirinya sendiri, tidak ingin orang-orang di sekitarnya ikut merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Malam yang terasa kelabu, seakan-akan ada awan hitam yang tengah mengikutinya. Padahal malam ini langit begitu indah, tidak ada awan, hanya ada bulan dan bintang-bintang yang menghiasi langit malam kota Jakarta. Berbeda dengan keadaan Diyo saat ini, wajahnya sangat lesu, penampilannya sangat berantakan, kemeja hitam yang ia kenakan juga terlihat sedikit kusut, terlihat dari beberapa kancing atas bajunya yang ia biarkan terbuka dan tatanan rambut yang berantakan memperjelas bahwa suasana hati Diyo saat ini sedang kacau.

Seperti orang yang tidak punya tujuan, dari tadi dia hanya berputar-putar mengendari mobilnya, mengelilingi jalanan ibukota yang cukup ramai dengan kendaraan roda empat maupun roda dua dan juga bus ibukota yang ikut memadati jalanan. Pikirannya kosong, entah sudah berapa kali Diyo melewati jalan yang sama, bahkan saat ia tengah berada di lampu merah diyo hanya bengong, beberapa orang yang berada di belakang mobil Diyo berkali-kali mengklakson karena lampu sudah berwarna hijau dan mobil Diyo masih diam hingga membuat pengendara lain kesal

“tinn tinn... WOYY JALAN DONGG”

teriak seorang pengendara motor yang kesal, Diyo tersadar dari lamunannya dengan cepat ia membuka kaca jendela mobilnya

“maaf pak, saya lagi gak fokus”

ia hanya bisa meminta maaf kepada pengendara lain karena ketidak fokusannya

“kalo gak fokus gak usah nyetir”

ucap bapak itu kesal dan pergi melanjutkan perjalanannya.

“huhhh...”

Hela nafasnya ia mencoba untuk kembali fokus dan menjalankan mobilnya, tak berapa lama diyo menepikan mobilnya di pinggir jalan, ia menyenderkan badannya pada sandaran kursi mobil dan memejamkan matanya, Diyo merasa sangat lelah. Hela nafasnya dalam seperti sedang membawa beban yang sangat berat.

“aarrgghhhh”

teriak Diyo sambil ngusap wajahnya kasar dengan kedua tangannya mengacak-acak rambutnya hingga membuat tampilannya terlihat semakin kacau. Berkali-kali ia memukul stir mobil

“BRENGSEKKK...”

kini nafasnya memburu rasanya ingin sekali dia berteriak sekencang-kencangnya meluapkan semua beban yang selama ini ia pendam.

Diyo menundukan kepalanya pada stir mobil berusaha mengatur nafasnya yang masih memburu

“kenapa? Kenapa rasanya masih sesakit ini?”

Tanya Diyo sambil memegangi dadanya yang terasa sesak

“Re gue kangen lo”

ucapnya lirih, tak terasa air matanya mulai jatuh membasahi pipinya

“kenapa lo ninggalin gue Re? Kenapa harus lo yang pergi?”

Tangisnya pecah begitu dalam dan terasa sangat menyakitkan, dadanya semakin terasa sesak

“kenapa tuhan harus ngeberut lo dari gue re? Kenapa tuhan sejahat itu ke gue?”

“Gue, gue sayang sama lo”.

1 tahun bukanlah waktu yang mudah bagi diyo melewatinya. Merelakan orang yang ia cintai pergi untuk selamanya merupakan hal terberat yang harus ia lalui. Bagaimana menahan rindu dengan orang yang tidak bisa kita jumpai lagi, tak bisa merasakan lagi pelukan hangat yang dulu pernah ada, tak bisa lagi melihat indahnya senyuman yang terpancar dari gadis itu, tak bisa lagi mendengar tawa gadis itu yang selalu menjadi candu untuknya dan sekarang yang tersisa hanya kenangan yang sudah mereka ciptakan bersama.

Semangat hidupnya memudar tidak seceria dulu, senyuman nya yang cerah kini telah hilang terasa hampa dan tak bermakna, senyum yang terkesan palsu Selalu ia tunjukan kepada orang-orang di sekitarnya untuk menunjukkan seolah dia baik-baik saja. Sikap yang dulu terasa hangat kini berubah menjadi dingin, Diyo berubah menjadi seorang yang lebih pendiam.

Sudah 1 jam Diyo menangis, kini kepalanya terasa pusing ia berusaha mengatur nafasnya yang sesegukan agar kembali stabil

“aaaaa”

suaranya terdengar berat tangan kanannya memegang kepala memijatnya untuk meredakan rasa pusingnya. Ia menoleh ke arah samping untuk mencari ponselnya, ia meraih benda tipis persegi panjang itu, terdapat beberapa notifikasi pesan di layar ponselnya yang penuh dengan orang-orang yang mencarinya, ia hanya membacanya sekilas tak berniat untuk membalasnya. Jam sudah menunjukkan pukul 00.50 hampir jam 1 malam namun ia enggan pulang ke rumah, ditaruhnya kembali ponselnya di samping, Diyo menghela nafasnya kasar, berfikir apa yang harus ia lakukan saat ini sambil melihat ke sisi jalan, tak membutuhkan waktu lama Diyo menancapkan gasnya meninggalkan tempat itu.

Diyo melangkahkan kakinya melewati lorong gelap, suara sound yang begitu keras dan lampu kelap-kelip menyapanya saat memasuki tempat itu. Lagu yang DJ mainkan saat ini adalah (Tremor-Dimitri Vegas) yuppp lagu yang sudah cukup lama bukan? Tapi lagu ini masih enak di mainkan dan mampu memikat orang-orang untuk menikmati alunan musiknya.

Melewati lautan manusia yang sedang menari memenuhi club malam ini, Diyo berjalan menuju meja bartender

BRUKK...

saat tengah berjalan tiba-tiba ada seseorang yg tidak sengaja menubruk Diyo

“anjinnggg, lo kalo jalan liat-liat dong”

kata gadis itu marah sambil membalikkan badannya

Diyo mengendus kesal

“Kan Lo duluan yang....”

Diyo terdiam ia mengerutkan alisnya saat melihat seseorang yang ada di hadapannya

“Lohh lo kan A......”

Blm selesai berbicara gadis itu lebih dulu memotong pembicaraan diyo

“g ush sksd, gue g kenal sama lo” “Modus Lo gak mempan”

kata gadis itu angkuh, dengan sedikit sempoyongan gadis itu pergi meninggalkan Diyo yang hanya mematung seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar

“Wahhh gila tu cewek, dia yang salah gue yang di omelin. Mana di kira gue modusin dia lagi, pede bngt tu cewek”

kata Diyo yang mengomel sendiri

“Bisa-bisanya dia gak inget gue”

Gumam Diyo sambil memperhatikan gadis itu pergi meninggalkannya

LOH ELO KAN A


“Drett drettt...”

Bertubi-tubi notifikasi chat memenuhi layar ponsel milik Diyo, tentang orang-orang yang tengah khawatir dengan keadaan dirinya yang tiba-tiba menghilang.

Diyo menghilang. Diyo memang sengaja tidak pulang ke rumah, ia hanya ingin menghabiskan waktunya untuk menenangkan dirinya sendiri, tidak ingin orang-orang di sekitarnya ikut merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Malam yang terasa kelabu, seakan-akan ada awan hitam yang tengah mengikutinya. Padahal malam ini langit begitu indah, tidak ada awan, hanya ada bulan dan bintang-bintang yang menghiasi langit malam kota Jakarta. Berbeda dengan keadaan Diyo saat ini, wajahnya sangat lesu, penampilannya sangat berantakan, kemeja hitam yang ia kenakan juga terlihat sedikit kusut, terlihat dari beberapa kancing atas bajunya yang ia biarkan terbuka dan tatanan rambut yang berantakan memperjelas bahwa suasana hati Diyo saat ini sedang kacau.

Seperti orang yang tidak punya tujuan, dari tadi dia hanya berputar-putar mengendari mobilnya, mengelilingi jalanan ibukota yang cukup ramai dengan kendaraan roda empat maupun roda dua dan juga bus ibukota yang ikut memadati jalanan. Pikirannya kosong, entah sudah berapa kali Diyo melewati jalan yang sama, bahkan saat ia tengah berada di lampu merah diyo hanya bengong, beberapa orang yang berada di belakang mobil Diyo berkali-kali mengklakson karena lampu sudah berwarna hijau dan mobil Diyo masih diam hingga membuat pengendara lain kesal

“tinn tinn... WOYY JALAN DONGG”

teriak seorang pengendara motor yang kesal, Diyo tersadar dari lamunannya dengan cepat ia membuka kaca jendela mobilnya

“maaf pak, saya lagi gak fokus”

ia hanya bisa meminta maaf kepada pengendara lain karena ketidak fokusannya

“kalo gak fokus gak usah nyetir”

ucap bapak itu kesal dan pergi melanjutkan perjalanannya.

“huhhh...”

Hela nafasnya ia mencoba untuk kembali fokus dan menjalankan mobilnya, tak berapa lama diyo menepikan mobilnya di pinggir jalan, ia menyenderkan badannya pada sandaran kursi mobil dan memejamkan matanya, Diyo merasa sangat lelah. Hela nafasnya dalam seperti sedang membawa beban yang sangat berat.

“aarrgghhhh”

teriak Diyo sambil ngusap wajahnya kasar dengan kedua tangannya mengacak-acak rambutnya hingga membuat tampilannya terlihat semakin kacau. Berkali-kali ia memukul stir mobil

“BRENGSEKKK...”

kini nafasnya memburu rasanya ingin sekali dia berteriak sekencang-kencangnya meluapkan semua beban yang selama ini ia pendam.

Diyo menundukan kepalanya pada stir mobil berusaha mengatur nafasnya yang masih memburu

“kenapa? Kenapa rasanya masih sesakit ini?”

Tanya Diyo sambil memegangi dadanya yang terasa sesak

“Re gue kangen lo”

ucapnya lirih, tak terasa air matanya mulai jatuh membasahi pipinya

“kenapa lo ninggalin gue Re? Kenapa harus lo yang pergi?”

Tangisnya pecah begitu dalam dan terasa sangat menyakitkan, dadanya semakin terasa sesak

“kenapa tuhan harus ngeberut lo dari gue re? Kenapa tuhan sejahat itu ke gue?”

“Gue, gue sayang sama lo”.

1 tahun bukanlah waktu yang mudah bagi diyo melewatinya. Merelakan orang yang ia cintai pergi untuk selamanya merupakan hal terberat yang harus ia lalui. Bagaimana menahan rindu dengan orang yang tidak bisa kita jumpai lagi, tak bisa merasakan lagi pelukan hangat yang dulu pernah ada, tak bisa lagi melihat indahnya senyuman yang terpancar dari gadis itu, tak bisa lagi mendengar tawa gadis itu yang selalu menjadi candu untuknya dan sekarang yang tersisa hanya kenangan yang sudah mereka ciptakan bersama.

Semangat hidupnya memudar tidak seceria dulu, senyuman nya yang cerah kini telah hilang terasa hampa dan tak bermakna, senyum yang terkesan palsu Selalu ia tunjukan kepada orang-orang di sekitarnya untuk menunjukkan seolah dia baik-baik saja. Sikap yang dulu terasa hangat kini berubah menjadi dingin, Diyo berubah menjadi seorang yang lebih pendiam.

Sudah 1 jam Diyo menangis, kini kepalanya terasa pusing ia berusaha mengatur nafasnya yang sesegukan agar kembali stabil

“aaaaa”

suaranya terdengar berat tangan kanannya memegang kepala memijatnya untuk meredakan rasa pusingnya. Ia menoleh ke arah samping untuk mencari ponselnya, ia meraih benda tipis persegi panjang itu, terdapat beberapa notifikasi pesan di layar ponselnya yang penuh dengan orang-orang yang mencarinya, ia hanya membacanya sekilas tak berniat untuk membalasnya. Jam sudah menunjukkan pukul 00.50 hampir jam 1 malam namun ia enggan pulang ke rumah, ditaruhnya kembali ponselnya di samping, Diyo menghela nafasnya kasar, berfikir apa yang harus ia lakukan saat ini sambil melihat ke sisi jalan, tak membutuhkan waktu lama Diyo menancapkan gasnya meninggalkan tempat itu.

Diyo melangkahkan kakinya melewati lorong gelap, suara sound yang begitu keras dan lampu kelap-kelip menyapanya saat memasuki tempat itu. Lagu yang DJ mainkan saat ini adalah (Tremor-Dimitri Vegas) yuppp lagu yang sudah cukup lama bukan? Tapi lagu ini masih enak di mainkan dan mampu memikat orang-orang untuk menikmati alunan musiknya.

Melewati lautan manusia yang sedang menari memenuhi club malam ini, Diyo berjalan menuju meja bartender

BRUKK...

saat tengah berjalan tiba-tiba ada seseorang yg tidak sengaja menubruk Diyo

“anjinnggg, lo kalo jalan liat-liat dong”

kata gadis itu marah sambil membalikkan badannya

Diyo mengendus kesal

“Kan Lo duluan yang....”

Diyo terdiam ia mengerutkan alisnya saat melihat seseorang yang ada di hadapannya

“Lohh lo kan A......”

Blm selesai berbicara gadis itu lebih dulu memotong pembicaraan diyo

“g ush sksd, gue g kenal sama lo” “Modus Lo gak mempan”

kata gadis itu angkuh, dengan sedikit sempoyongan gadis itu pergi meninggalkan Diyo yang hanya mematung seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar

“Wahhh gila tu cewek, dia yang salah gue yang di omelin. Mana di kira gue modusin dia lagi, pede bngt tu cewek”

kata Diyo yang mengomel sendiri

“Bisa-bisanya dia gak inget gue”

Gumam Diyo sambil memperhatikan gadis itu pergi meninggalkannya

“Drett drettt...”

Bertubi-tubi notifikasi chat memenuhi layar ponsel milik Diyo, tentang orang-orang yang tengah khawatir dengan keadaan dirinya yang tiba-tiba menghilang.

Diyo menghilang.

Diyo memang sengaja tidak pulang ke rumah, ia hanya ingin menghabiskan waktunya untuk menenangkan dirinya sendiri, tidak ingin orang-orang di sekitarnya ikut merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Malam yang terasa kelabu, seakan-akan ada awan hitam yang tengah mengikutinya. Padahal malam ini langit begitu indah, tidak ada awan, hanya ada bulan dan bintang-bintang yang menghiasi langit malam kota Jakarta. Berbeda dengan keadaan Diyo saat ini, wajahnya sangat lesu, penampilannya sangat berantakan, kemeja hitam yang ia kenakan juga terlihat sedikit kusut, terlihat dari beberapa kancing atas bajunya yang ia biarkan terbuka dan tatanan rambut yang berantakan memperjelas bahwa suasana hati Diyo saat ini sedang kacau. Seperti orang yang tidak punya tujuan, dari tadi dia hanya berputar-putar mengendari mobilnya, mengelilingi jalanan ibukota yang cukup ramai dengan kendaraan roda empat maupun roda dua dan juga bus ibukota yang ikut memadati jalanan. Pikirannya kosong, entah sudah berapa kali Diyo melewati jalan yang sama, bahkan saat ia tengah berada di lampu merah diyo hanya bengong, beberapa orang yang berada di belakang mobil Diyo berkali-kali mengklakson karena lampu sudah berwarna hijau dan mobil Diyo masih diam hingga membuat pengendara lain kesal”tinn tinn... WOYY JALAN DONGG” teriak seorang pengendara motor yang kesal, Diyo tersadar dari lamunannya dengan cepat ia membuka kaca jendela mobilnya “maaf pak, saya lagi gak fokus” ia hanya bisa meminta maaf kepada pengendara lain karena ketidak fokusannya”kalo gak fokus gak usah nyetir” ucap bapak itu kesal dan pergi melanjutkan perjalanannya.“huhhh...” Hela nafasnya ia mencoba untuk kembali fokus dan menjalankan mobilnya, tak berapa lama diyo menepikan mobilnya di pinggir jalan, ia menyenderkan badannya pada sandaran kursi mobil dan memejamkan matanya, Diyo merasa sangat lelah. Hela nafasnya dalam seperti sedang membawa beban yang sangat berat.“aarrgghhhh” teriak Diyo sambil ngusap wajahnya kasar dengan kedua tangannya mengacak-acak rambutnya hingga membuat tampilannya terlihat semakin kacau. Berkali-kali ia memukul stir mobil “BRENGSEKKK...” kini nafasnya memburu rasanya ingin sekali dia berteriak sekencang-kencangnya meluapkan semua beban yang selama ini ia pendam.Diyo menundukan kepalanya pada stir mobil berusaha mengatur nafasnya yang masih memburu “kenapa? Kenapa rasanya masih sesakit ini?“Tanya Diyo sambil memegangi dadanya yang terasa sesak “Re gue kangen lo” ucapnya lirih, tak terasa air matanya mulai jatuh membasahi pipinya “kenapa lo ninggalin gue Re? Kenapa harus lo yang pergi?“Tangisnya pecah begitu dalam dan terasa sangat menyakitkan, dadanya semakin terasa sesak “kenapa tuhan harus ngeberut lo dari gue re? Kenapa tuhan sejahat itu ke gue?” “Gue, gue sayang sama lo”.1 tahun bukanlah waktu yang mudah bagi diyo melewatinya. Merelakan orang yang ia cintai pergi untuk selamanya merupakan hal terberat yang harus ia lalui. Bagaimana menahan rindu dengan orang yang tidak bisa kita jumpai lagi, tak bisa merasakan lagi pelukan hangat yang dulu pernah ada, tak bisa lagi melihat indahnya senyuman yang terpancar dari gadis itu, tak bisa lagi mendengar tawa gadis itu yang selalu menjadi candu untuknya dan sekarang yang tersisa hanya kenangan yang sudah mereka ciptakan bersama. Semangat hidupnya memudar tidak seceria dulu, senyuman nya yang cerah kini telah hilang terasa hampa dan tak bermakna, senyum yang terkesan palsu Selalu ia tunjukan kepada orang-orang di sekitarnya untuk menunjukkan seolah dia baik-baik saja. Sikap yang dulu terasa hangat kini berubah menjadi dingin, Diyo berubah menjadi seorang yang lebih pendiam.Sudah 1 jam Diyo menangis, kini kepalanya terasa pusing ia berusaha mengatur nafasnya yang sesegukan agar kembali stabil “aaaaa” suaranya terdengar berat tangan kanannya memegang kepala memijatnya untuk meredakan rasa pusingnya. Ia menoleh ke arah samping untuk mencari ponselnya, ia meraih benda tipis persegi panjang itu, terdapat beberapa notifikasi pesan di layar ponselnya yang penuh dengan orang-orang yang mencarinya, ia hanya membacanya sekilas tak berniat untuk membalasnya. Jam sudah menunjukkan pukul 00.50 hampir jam 1 malam namun ia enggan pulang ke rumah, ditaruhnya kembali ponselnya di samping, Diyo menghela nafasnya kasar, berfikir apa yang harus ia lakukan saat ini sambil melihat ke sisi jalan, tak membutuhkan waktu lama Diyo menancapkan gasnya meninggalkan tempat itu. Diyo melangkahkan kakinya melewati lorong gelap, suara sound yang begitu keras dan lampu kelap-kelip menyapanya saat memasuki tempat itu. Lagu yang DJ mainkan saat ini adalah (Tremor-Dimitri Vegas) yuppp lagu yang sudah cukup lama bukan? Tapi lagu ini masih enak di mainkan dan mampu memikat orang-orang untuk menikmati alunan musiknya. Melewati lautan manusia yang sedang menari memenuhi club malam ini, Diyo berjalan menuju meja bartenderBRUKK...saat tengah berjalan tiba-tiba ada seseorang yg tidak sengaja menubruk Diyo “anjinnggg, lo kalo jalan liat-liat dong” kata gadis itu marah sambil membalikkan badannya Diyo mengendus kesal “Kan Lo duluan yang....“Diyo terdiam ia mengerutkan alisnya saat melihat seseorang yang ada di hadapannya “Lohh lo kan A......” Blm selesai berbicara gadis itu lebih dulu memotong pembicaraan diyo”g ush sksd, gue g kenal sama lo”“Modus Lo gak mempan” kata gadis itu angkuh, dengan sedikit sempoyongan gadis itu pergi meninggalkan Diyo yang hanya mematung seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar “Wahhh gila tu cewek, dia yang salah gue yang di omelin. Mana di kira gue modusin dia lagi, pede bngt tu cewek” kata Diyo yang mengomel sendiri”Bisa-bisanya dia gak inget gue” Gumam Diyo sambil memperhatikan gadis itu pergi meninggalkannya

LOH ELO KAN A...


“Drett drettt...”

Bertubi-tubi notifikasi chat memenuhi layar ponsel milik Diyo, tentang orang-orang yang tengah khawatir dengan keadaan dirinya yang tiba-tiba menghilang.

Diyo menghilang. Diyo memang sengaja tidak pulang ke rumah, ia hanya ingin menghabiskan waktunya untuk menenangkan dirinya sendiri, tidak ingin orang-orang di sekitarnya ikut merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Malam yang terasa kelabu, seakan-akan ada awan hitam yang tengah mengikutinya. Padahal malam ini langit begitu indah, tidak ada awan, hanya ada bulan dan bintang-bintang yang menghiasi langit malam kota Jakarta. Berbeda dengan keadaan Diyo saat ini, wajahnya sangat lesu, penampilannya sangat berantakan, kemeja hitam yang ia kenakan juga terlihat sedikit kusut, terlihat dari beberapa kancing atas bajunya yang ia biarkan terbuka dan tatanan rambut yang berantakan memperjelas bahwa suasana hati Diyo saat ini sedang kacau.

Seperti orang yang tidak punya tujuan, dari tadi dia hanya berputar-putar mengendari mobilnya, mengelilingi jalanan ibukota yang cukup ramai dengan kendaraan roda empat maupun roda dua dan juga bus ibukota yang ikut memadati jalanan. Pikirannya kosong, entah sudah berapa kali Diyo melewati jalan yang sama, bahkan saat ia tengah berada di lampu merah diyo hanya bengong, beberapa orang yang berada di belakang mobil Diyo berkali-kali mengklakson karena lampu sudah berwarna hijau dan mobil Diyo masih diam hingga membuat pengendara lain kesal

“tinn tinn... WOYY JALAN DONGG”

teriak seorang pengendara motor yang kesal, Diyo tersadar dari lamunannya dengan cepat ia membuka kaca jendela mobilnya

“maaf pak, saya lagi gak fokus”

ia hanya bisa meminta maaf kepada pengendara lain karena ketidak fokusannya

“kalo gak fokus gak usah nyetir”

ucap bapak itu kesal dan pergi melanjutkan perjalanannya.

“huhhh...”

Hela nafasnya ia mencoba untuk kembali fokus dan menjalankan mobilnya, tak berapa lama diyo menepikan mobilnya di pinggir jalan, ia menyenderkan badannya pada sandaran kursi mobil dan memejamkan matanya, Diyo merasa sangat lelah. Hela nafasnya dalam seperti sedang membawa beban yang sangat berat.

“aarrgghhhh”

teriak Diyo sambil ngusap wajahnya kasar dengan kedua tangannya mengacak-acak rambutnya hingga membuat tampilannya terlihat semakin kacau. Berkali-kali ia memukul stir mobil

“BRENGSEKKK...”

kini nafasnya memburu rasanya ingin sekali dia berteriak sekencang-kencangnya meluapkan semua beban yang selama ini ia pendam.

Diyo menundukan kepalanya pada stir mobil berusaha mengatur nafasnya yang masih memburu

“kenapa? Kenapa rasanya masih sesakit ini?”

Tanya Diyo sambil memegangi dadanya yang terasa sesak

“Re gue kangen lo”

ucapnya lirih, tak terasa air matanya mulai jatuh membasahi pipinya

“kenapa lo ninggalin gue Re? Kenapa harus lo yang pergi?”

Tangisnya pecah begitu dalam dan terasa sangat menyakitkan, dadanya semakin terasa sesak

“kenapa tuhan harus ngeberut lo dari gue re? Kenapa tuhan sejahat itu ke gue?”

“Gue, gue sayang sama lo”.

1 tahun bukanlah waktu yang mudah bagi diyo melewatinya. Merelakan orang yang ia cintai pergi untuk selamanya merupakan hal terberat yang harus ia lalui. Bagaimana menahan rindu dengan orang yang tidak bisa kita jumpai lagi, tak bisa merasakan lagi pelukan hangat yang dulu pernah ada, tak bisa lagi melihat indahnya senyuman yang terpancar dari gadis itu, tak bisa lagi mendengar tawa gadis itu yang selalu menjadi candu untuknya dan sekarang yang tersisa hanya kenangan yang sudah mereka ciptakan bersama.

Semangat hidupnya memudar tidak seceria dulu, senyuman nya yang cerah kini telah hilang terasa hampa dan tak bermakna, senyum yang terkesan palsu Selalu ia tunjukan kepada orang-orang di sekitarnya untuk menunjukkan seolah dia baik-baik saja. Sikap yang dulu terasa hangat kini berubah menjadi dingin, Diyo berubah menjadi seorang yang lebih pendiam.

Sudah 1 jam Diyo menangis, kini kepalanya terasa pusing ia berusaha mengatur nafasnya yang sesegukan agar kembali stabil

“aaaaa”

suaranya terdengar berat tangan kanannya memegang kepala memijatnya untuk meredakan rasa pusingnya. Ia menoleh ke arah samping untuk mencari ponselnya, ia meraih benda tipis persegi panjang itu, terdapat beberapa notifikasi pesan di layar ponselnya yang penuh dengan orang-orang yang mencarinya, ia hanya membacanya sekilas tak berniat untuk membalasnya. Jam sudah menunjukkan pukul 00.50 hampir jam 1 malam namun ia enggan pulang ke rumah, ditaruhnya kembali ponselnya di samping, Diyo menghela nafasnya kasar, berfikir apa yang harus ia lakukan saat ini sambil melihat ke sisi jalan, tak membutuhkan waktu lama Diyo menancapkan gasnya meninggalkan tempat itu.

Diyo melangkahkan kakinya melewati lorong gelap, suara sound yang begitu keras dan lampu kelap-kelip menyapanya saat memasuki tempat itu. Lagu yang DJ mainkan saat ini adalah (Tremor-Dimitri Vegas) yuppp lagu yang sudah cukup lama bukan? Tapi lagu ini masih enak di mainkan dan mampu memikat orang-orang untuk menikmati alunan musiknya.

Melewati lautan manusia yang sedang menari memenuhi club malam ini, Diyo berjalan menuju meja bartender

BRUKK...

saat tengah berjalan tiba-tiba ada seseorang yg tidak sengaja menubruk Diyo

“anjinnggg, lo kalo jalan liat-liat dong”

kata gadis itu marah sambil membalikkan badannya

Diyo mengendus kesal

“Kan Lo duluan yang....”

Diyo terdiam ia mengerutkan alisnya saat melihat seseorang yang ada di hadapannya

“Lohh lo kan A......”

Blm selesai berbicara gadis itu lebih dulu memotong pembicaraan diyo

“g ush sksd, gue g kenal sama lo” “Modus Lo gak mempan”

kata gadis itu angkuh, dengan sedikit sempoyongan gadis itu pergi meninggalkan Diyo yang hanya mematung seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar

“Wahhh gila tu cewek, dia yang salah gue yang di omelin. Mana di kira gue modusin dia lagi, pede bngt tu cewek”

kata Diyo yang mengomel sendiri

“Bisa-bisanya dia gak inget gue”

Gumam Diyo sambil memperhatikan gadis itu pergi meninggalkannya