LOH ELO KAN A...

___

“Drett drettt...”

Bertubi-tubi notifikasi chat memenuhi layar ponsel milik Diyo, tentang orang-orang yang tengah khawatir dengan keadaan dirinya yang tiba-tiba menghilang.

Diyo menghilang. Diyo memang sengaja tidak pulang ke rumah, ia hanya ingin menghabiskan waktunya untuk menenangkan dirinya sendiri, tidak ingin orang-orang di sekitarnya ikut merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Malam yang terasa kelabu, seakan-akan ada awan hitam yang tengah mengikutinya. Padahal malam ini langit begitu indah, tidak ada awan, hanya ada bulan dan bintang-bintang yang menghiasi langit malam kota Jakarta. Berbeda dengan keadaan Diyo saat ini, wajahnya sangat lesu, penampilannya sangat berantakan, kemeja hitam yang ia kenakan juga terlihat sedikit kusut, terlihat dari beberapa kancing atas bajunya yang ia biarkan terbuka dan tatanan rambut yang berantakan memperjelas bahwa suasana hati Diyo saat ini sedang kacau.

Seperti orang yang tidak punya tujuan, dari tadi dia hanya berputar-putar mengendari mobilnya, mengelilingi jalanan ibukota yang cukup ramai dengan kendaraan roda empat maupun roda dua dan juga bus ibukota yang ikut memadati jalanan. Pikirannya kosong, entah sudah berapa kali Diyo melewati jalan yang sama, bahkan saat ia tengah berada di lampu merah diyo hanya bengong, beberapa orang yang berada di belakang mobil Diyo berkali-kali mengklakson karena lampu sudah berwarna hijau dan mobil Diyo masih diam hingga membuat pengendara lain kesal

“tinn tinn... WOYY JALAN DONGG”

teriak seorang pengendara motor yang kesal, Diyo tersadar dari lamunannya dengan cepat ia membuka kaca jendela mobilnya

“maaf pak, saya lagi gak fokus”

ia hanya bisa meminta maaf kepada pengendara lain karena ketidak fokusannya

“kalo gak fokus gak usah nyetir”

ucap bapak itu kesal dan pergi melanjutkan perjalanannya.

“huhhh...”

Hela nafasnya ia mencoba untuk kembali fokus dan menjalankan mobilnya, tak berapa lama diyo menepikan mobilnya di pinggir jalan, ia menyenderkan badannya pada sandaran kursi mobil dan memejamkan matanya, Diyo merasa sangat lelah. Hela nafasnya dalam seperti sedang membawa beban yang sangat berat.

“aarrgghhhh”

teriak Diyo sambil ngusap wajahnya kasar dengan kedua tangannya mengacak-acak rambutnya hingga membuat tampilannya terlihat semakin kacau. Berkali-kali ia memukul stir mobil

“BRENGSEKKK...”

kini nafasnya memburu rasanya ingin sekali dia berteriak sekencang-kencangnya meluapkan semua beban yang selama ini ia pendam.

Diyo menundukan kepalanya pada stir mobil berusaha mengatur nafasnya yang masih memburu

“kenapa? Kenapa rasanya masih sesakit ini?”

Tanya Diyo sambil memegangi dadanya yang terasa sesak

“Re gue kangen lo”

ucapnya lirih, tak terasa air matanya mulai jatuh membasahi pipinya

“kenapa lo ninggalin gue Re? Kenapa harus lo yang pergi?”

Tangisnya pecah begitu dalam dan terasa sangat menyakitkan, dadanya semakin terasa sesak

“kenapa tuhan harus ngeberut lo dari gue re? Kenapa tuhan sejahat itu ke gue?”

“Gue, gue sayang sama lo”.

1 tahun bukanlah waktu yang mudah bagi diyo melewatinya. Merelakan orang yang ia cintai pergi untuk selamanya merupakan hal terberat yang harus ia lalui. Bagaimana menahan rindu dengan orang yang tidak bisa kita jumpai lagi, tak bisa merasakan lagi pelukan hangat yang dulu pernah ada, tak bisa lagi melihat indahnya senyuman yang terpancar dari gadis itu, tak bisa lagi mendengar tawa gadis itu yang selalu menjadi candu untuknya dan sekarang yang tersisa hanya kenangan yang sudah mereka ciptakan bersama.

Semangat hidupnya memudar tidak seceria dulu, senyuman nya yang cerah kini telah hilang terasa hampa dan tak bermakna, senyum yang terkesan palsu Selalu ia tunjukan kepada orang-orang di sekitarnya untuk menunjukkan seolah dia baik-baik saja. Sikap yang dulu terasa hangat kini berubah menjadi dingin, Diyo berubah menjadi seorang yang lebih pendiam.

Sudah 1 jam Diyo menangis, kini kepalanya terasa pusing ia berusaha mengatur nafasnya yang sesegukan agar kembali stabil

“aaaaa”

suaranya terdengar berat tangan kanannya memegang kepala memijatnya untuk meredakan rasa pusingnya. Ia menoleh ke arah samping untuk mencari ponselnya, ia meraih benda tipis persegi panjang itu, terdapat beberapa notifikasi pesan di layar ponselnya yang penuh dengan orang-orang yang mencarinya, ia hanya membacanya sekilas tak berniat untuk membalasnya. Jam sudah menunjukkan pukul 00.50 hampir jam 1 malam namun ia enggan pulang ke rumah, ditaruhnya kembali ponselnya di samping, Diyo menghela nafasnya kasar, berfikir apa yang harus ia lakukan saat ini sambil melihat ke sisi jalan, tak membutuhkan waktu lama Diyo menancapkan gasnya meninggalkan tempat itu.

Diyo melangkahkan kakinya melewati lorong gelap, suara sound yang begitu keras dan lampu kelap-kelip menyapanya saat memasuki tempat itu. Lagu yang DJ mainkan saat ini adalah (Tremor-Dimitri Vegas) yuppp lagu yang sudah cukup lama bukan? Tapi lagu ini masih enak di mainkan dan mampu memikat orang-orang untuk menikmati alunan musiknya.

Melewati lautan manusia yang sedang menari memenuhi club malam ini, Diyo berjalan menuju meja bartender

BRUKK...

saat tengah berjalan tiba-tiba ada seseorang yg tidak sengaja menubruk Diyo

“anjinnggg, lo kalo jalan liat-liat dong”

kata gadis itu marah sambil membalikkan badannya

Diyo mengendus kesal

“Kan Lo duluan yang....”

Diyo terdiam ia mengerutkan alisnya saat melihat seseorang yang ada di hadapannya

“Lohh lo kan A......”

Blm selesai berbicara gadis itu lebih dulu memotong pembicaraan diyo

“g ush sksd, gue g kenal sama lo” “Modus Lo gak mempan”

kata gadis itu angkuh, dengan sedikit sempoyongan gadis itu pergi meninggalkan Diyo yang hanya mematung seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar

“Wahhh gila tu cewek, dia yang salah gue yang di omelin. Mana di kira gue modusin dia lagi, pede bngt tu cewek”

kata Diyo yang mengomel sendiri

“Bisa-bisanya dia gak inget gue”

Gumam Diyo sambil memperhatikan gadis itu pergi meninggalkannya